Selasa, 13 Juli 2010

Pesan Singkat dari Rutchi

Selamat hari Minggu ;D, awak ngirim pesan singkat ke nomor yang sama terus kau dan esra*, kapanlah awak ngirim ke pacar awak,hohohoho.."
 
 
Pesan ucapan selamat hari minggu pertama yang saya terima di Minggu pagi ini. Sambil tertawa geli saya membalas ucapan selamat hari Minggu tersebut. Pengirimnya adalah seorang sahabat SMU, yang berada jauh di sana. Kita dipisahkan oleh pulau dan beberapa provinsi (Lebai..;P). Kendatipun kita berjauhan, namun satu yang tetap, kita tetap saling tahu kondisi masing-masing. Jadi saya sangat mengerti maksud kata-kata tersebut. Wajar si di usia seperti sekarang sudah "merindukan" sosok yang disebutkannya di akhir tersebut.
 
Pacar, teman hidup, pendamping hidup, tunangan atau apalah namanya (banyak istilah yang dipakai orang2 untuk merujuk ke si oknum ini). Menjadi topik yang hangat dibicarakan di usia seperti sekarang. Seperti ramenya Timeline twitter tentang si Paul, demikian juga topik ini menjadi timeline di usia "abu-abu" ini. Ketika saya berkumpul dengan teman-teman, ketika membuka situs pertemanan bukankah hal seperti ini yang ramai dibicarakan?
Saya sendiri memiliki kurva fluktuatif jika diajak membicarakan topik di atas. Adakalanya bersemangat, kadang biasa-biasa aja, kadang tidak tertarik sama sekali. Tatkala pada tingkat terakhir tersebut, sahabat saya sering mengingatkan , 'jangan jadi wanita MARA (Mati Rasa) kau ya", hehehehe. Kendatipun saya rasa pernah ada di titik itu (rasa mengukur rasa berarti ya?) :P. Benar-benar tidak tertarik membicarakan atau untuk merasakan (wew, berarti sudah mati rasa dunk??) ~_~. Tapi hal itu tidaklah selama tatkala saya menyadari bahwa saya masih punya rasa (syukurlah ternyata masih normal),^^.
 
Menurut saya, keinginan seperti teman saya itu muncul, bisa jadi bukan karena memang kita sangat membutuhkan namun karena kondisi sekitar yang mengarahkan kita untuk menginginkannya. Misalnya saja, sehabis menonton film romantis yang mendikte kita untuk mengalami hal tersebut atau tatkala kita sedih dan butuh dukungan semangat dari seseorang. Contoh lainnya tatkala lingkungan di sekitar kita beramai-ramai menunjukkan indahnya kebahagiaan saat dua sejoli memadu kasih. Contoh terakhir ini, adalah hal yang sedang terjadi ditengah-tengah saya akhir-akhir ini. Mulai dari sahabat dekat, adik dekat, sahabat jauh dan adik jauh (*lho??hehhe). Mereka-mereka yang saya sebutkan itu sudah pada jadian. Dan itu terjadi bersamaan kurang lebih dalam satu bulan ini. hari ini mendengar si A jadian, besok adik B, eh kemarin ternyata si C dst dst..huaaaa,,euforia kegembiraanpun menghinggapi saya. Kondisi demikian secara tidak langsung membuat kita (lebih tepatnya beberapa orang) juga ingin "ikut-ikutan" merasakan hal yang sama. Dan saya pernah masuk dalam bagian itu.
 
Akan tetapi setelah saya pikir-pikir, akh berpacaran tidaklah seindah yang kita lihat atau se-enak yang kita bayangkan (bukan berarti tidak menyenangkan lho). Punya pacar adalah pekerjaan baru yang menambah daftar tanggungjawab . Karena berpacaran bukan tentang aku, saya, tapi kita dua oknum yang memiliki dua pemikiran, dua kepentingan, dua tujuan, dua keinginan, dua kebutuhan. Secara bersama-sama saling menyatukan pemahaman untuk bisa tetap beriringan melanjutkan perjalanan "kisah dua jadi satu" ini. Jadi tidak sebatas, ada yang memperhatikan, ada yang menanyakan sudah makan atau belum, ada yang menguatkan, ada yang mendengar cerita dll dll (saya tidak menampik bahwa hal ini penting ya).
 
Dengan hal-hal yang ada sekarang saja, kadang membuat saya kewalahan dan tidak maksimal mengerjakan segala sesuatu apalagi jika ditambah "pekerjaan" baru itu. Jadi, itulah alasannya mengapa saya belum diijinkan menjalani peran tersebut. Seperti seorang mahasiswa memiliki tingkat kesiapan masing-masing untuk memasuki dunia alumni. Memiliki lika-liku yang berbeda dalam penyelesaian tugas akhirnya demikian juga setiap orang dalam kesiapannya untuk menjalin relasi. Saat seseorang sudah Tuhan nyatakan siap, maka waktu penyelesaian kuliahnya pun selesai untuk melanjutkan tahap selanjutnya. Maka saat seseorang sudah Tuhan nyatakan siap untuk memiliki pacar, maka pintu menuju kesanapun akan dibukakan. (hahhaa, nyambung ga si analoginya ini??). Intinya sih, setiap orang punya kesiapan masing-masing. Jadi jika banyak yang sudah punya pacar bukan berarti kita juga harus punya. Bisa jadi bukan karena kita belum siap, tapi mungkin karena calon pasangan kita harus dipersiapkan lebih lagi (hehehehe, salah satu kata penghiburan). Tuhan tidak pernah melewatkan kita dalam mencurahkan berkat-berkatNya. Namun Dia beri apa yang memang kita butuhkan. Satu persatu akan diberikan seturut kemampuan kita. Jangan mencicipi buah yang belum matang, karena rasanya tidaklah seenak tatkala buah tersebut sudah matang tepat pada waktunya.
 
Jadi, tidaklah masalah mau mengirimkan pesan yang sama kepada orang yang sama. Memberikan perhatian dan kepedulian kepada orang yang sama. Ada kalanya perhatian itulah yang mereka butuhkan daripada sekedar perhatian pacar. Hehehe..
 
 
 
 
 
*Esra: salah satu sahabat saya juga
 
P.S :Segala sesuatu indah pada waktunya. Bukankah lebih menyenangkan menanti yang indah pada waktunya dari pada sesuatu yang biasa-biasa saja bukan pada waktunya??