Jumat, 10 Desember 2010

Tentang Media Sosial


Anda pecandu media sosial? Eksis di semua media Sosial yang sedang santer? Perkenalkan saya pemakai namun tidak pecandu. Hehehehe *salaman* J. Saya berterimakasih kepada orang-orang yang menciptakan semua media social tersebut. Paling tidak dengan adanya media-media tersebut menyelamatkan banyak kehidupan. Eh, maksudnya apa?
Semua sudah pasti tau kan kalau salah satu fungsi medsos adalah sarana berbagi Informasi. Mulai dari Informasi Internasional, nasional pun lokal. Informasi penting maupun tidak penting. Kabar orang-orang terkenal dan berpengaruh, sampai orang yang belum pernah kita ketahui keberadaanya dll dll. Banyak orang yang memanfaatkannya untuk hal-hal yang menguntungkan seperti urusan bisinis, promosi ketenaran, pengumuman yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak (halahh). Akan tetapi tidak sedikit juga yang menjadikannya ajang promosi diri, promosi masalah pribadi. Dua hal terakhir tersebut dengan kata lain saya sebut ajang curhat.
Salah dua media yang menampung tersebut adalah mukabuku facebook dan twitter. Acapkali setiap membuka kedua akun tersebut, akan banyak informasi-informasi curhat. Awal-awalnya saya sedikit kesal tatkala setiap buka medsos tersebut, orang status atau tweet dari yang sama selalu muncul. Saya akan sangat senang dan berterimakasih ketika yang dia bagikan suatu informasi. Namun, hal yang sering muncul adalah, kegalauannya, dia mau makan atau mandi, dll dll. Teman saya mengatakan hal tersebut hal-hal yang ngga penting. Pernah berfikir untuk menghapus “mereka2” yang aktif tersebut, namun niat tersebut saya urungkan. Difikir-fikir itu urusan mereka kali. Toh dia buat di akunnya sendiri.Hehehhee
Dulu teman saya pernah berkata di dalam statusnya, “ Facebook hanya untuk orang-orang yang kurang kasih saying, kurang perhatian, kesepian, mencari kesenangan”. Tatkala membaca status tersebut, saya kurang setuju. Sedikit bayak yang dia katakan memang benar, namun apa salahnya orang menggunakan untuk hal-hal tersebut. Ada banyak orang yang memang kekurangan kasih saying, kalau dia mendapatkannya lewat teman-temannya di facebook kenapa tidak? Daripada dia melampiaskannya lewat hal negative di luar sana. Justru dengan demikian, kita jadi dapat memposisikan diri untuk memperhatikan sesama.
Balik ke pernyataan saya di atas tentang peran medsos yang menyelamatkan kehidupan. Saya fikir, ditengah-tengah kesibukan orang-orang semakin susah menemukan teman bicara. Media social menggantikan posisi tersebut. Seorang yang pendiam, yang tidak punya teman cerita tertolong dengan adanya media social. Dia dapat meluapkan hal-hal yang ada difikirannya. Apa jadinya, kalau hal tesebut hanya disimpan? Dapat dipastikan dia akan merasa tertekan. Dan saya bersyukur dengan adanya medsos tersebut, paling tidak saya mengetahui keadaan orang-orang terdekat saya. Tatkala intensitas komunikasi berkurang dengan mereka, namun dengan melihat update terbarunya di Medsos, saya dapat mengetahui sedikit bocoran tentang mereka,
Media sosial tampaknya menjadi kebutuhan masyarakat di zaman ini (halaahh, lebaiii ini tapi betul kan?) hehehe. Ada yang berhasil menaklukannya dan mebawa keberuntungan, namun tidak sedikit yang menjadikannya sekedar ajang curhat. Kendatipun demikian kehadirannya mempegaruhi kehidupan. Tergantung kita memanfaatkannya untuk apa. Dan seperti saya katakan di atas tidak salah juga sebagai ajang curhat. =). Toh pencipta atau penemunya aja tidak melarang. Hehehehe. 


P. S: Tulisan ini pun lahir karena pemanfataan media sosial.  Menampung unek2 dari otak saya yang sedang mumet ini. hehehe :))

Rabu, 03 November 2010

ada waktu bersama, ada waktu berpisah :D

El, Ma hari ini Ka Nevi ultah. Ojolali ya, ntar jam 6 ketemu di Pangdam. Beli kue dulu di Berkat. El pake duit lo dulu ya, gw udah nge-sms Manihar. Okeee!!

Aheyy. hari ini sudah tanggal 3 November ternyata. Dan 25 tahun yang lalu seorang hamba Tuhan -seorang staff dan kakak PA saya- diutus datang ke dunia ini. Yup, lima kalimat di atas adalah pesan singkat saudara PA  yang masuk ke ponsel saya siang ini. Sebut saja namanya Nuary Ayuningtyas - sudah punya pacar (hahaha,penting untuk dituliskan :)-  yang menyampaikan jarkom nostalgia di atas. Jarkom yang membuat kami akan berkumpul sesama saudara KTB kandung dan juga dengan penggemar kami  saudara angkat, Manihar.
perayaan peringatan hari lahir Ka Nevi setahun silam.2009. hiks. semua masih kumpul bersama .:(

Perkenalkan kami ada empat bersaudara. tiga berperan sebagai adik dan satu lagi sebagai kakak. Kakak Pa kami bernama Nevi. Saya, Nuary dan Risma adalah adik-adik yang perkembangan rohaninya dibesarkan oleh beliau. Ibarat seorang Ibu, begitulah peran Ka Nevi. Kurang lebih 4,5 tahun bersama. Kami dibina untuk berakar bertumbuh dan berbuah di dalam Kristus(heuu, udah kayak visi KMPK Pertanian Unpad ini). Lalu ngapain aja selama 4,5 tahun itu? hahaha, berasa ada yang nanya :D. 
Empat setengah tahun adalah waktu yang panjang. Kalau nanam padi udah berpuluh-puluh kali panen. nanam sawi apalagi. akan tetapi empat setengah tahun terasa singkat saat dijalani bersama mereka.  Pertemuan sekali seminggu, sesekali jalan bareng mengelilingi Bandung ataupun Jatinagor, sekedar makan bareng atau nginap bareng. ah, waktu-waktu itu terasa singkat kawan. Waktu-waktu dimana saya bisa langsung mengajak kumpul hanya sekedar ingin bercerita. Waktu-waktu di saat ulang tahun kau tidak akan merasa sendiri (karena pasti dirayakan keluarga PA). Waktu-waktu saat kau bisa bertanya tentang kebingunganmu dalam pelayanan pun dalam pertemanan (hidup).Waktu-waktu saat kau dapat menangis dan tertawa ngakak bersama.Dan satu lagi waktu dimana saling berdoa dan mendoakan -suatu kondisi yang sangat saya rindukan- ketika merasa lemah pun saat bersukacita.

Kami berempat bertemu di Jatinangor. Kota mungil yang tidak terlalu hiruk pikuk dengan dunia luar. Kota yang menyimpan ribuan mahasiswa dari setiap penjuru di Indonesia. Layaknya seperti kami berempat, berasal dari daerah yang berbeda-beda dan dipertemukan di kota kecil itu. Tiga Batak dan satu jawa, namun satu di dalam Kristus. Dari yang tidak kenal satu sama lain, sampai mengerti apa arti saudara di dalam Kristus.

Sejujurnya, kami bukan adik-adik yang sangat taat. Sesekali membandel, sebut saja sesekali memilih jalan-jalan daripada persekutuan. Pun ketika diajak PA, kadang tidak mengerjakan bahan. dan dengan tidak memiliki sedikit rasa bersalah, bilang ke Ka Nevi,"Ka aku belum ngerjain bahan lo". Meski demikian, menurut saya kadang kebandelan inilah yang membuat kami lebih akrab (khususnya bertiga) :P. Mulai dari nekat ikut acara malam2 di Bandung. Sampai beberapa kali pulang pagi,main-main bersama teman sepermainan lainnya. eitts, tapi kami main yang sehat ya.:D

foto tengah malam di Bandung, sehabis bertemu Pak Gubernur :P

Sekarang, satu persatu berada di tempat pencarian tujuan yang belum ditemukan. Berjuang dengan medan dan pergumulan masing-masing. Sudah sekian bulan tidak bertemu, tapi aku yakin minimal dalam sebulan tetap saling mendoakan :D. Dan dipastikan pesan di awal tulisan inipun tidak akan terjadi hari ini. hanya ada si Nuary dan Manihar yang merayakan hari kelahiran si kakak terkasih. hanya ucapan lewat pesan dan doa yang dapat saya ucapkan kepada beliau. Selamat merayakan hari kelahiran Ka Nevi. Hidup semakin berwarna dan ber-rima dengan mengenalmu. Dengan ketaatanmu kepada Tuhan, kau mengajarkan arti kesetiaan. Dengan kepedulian dan perhatianmu kepada kami, kau mengajarkan kasih dan pengorbanan. Dengan air mata dan teguran kau mengajarkan rasa tanggungjawab. Tuhan memberkatimu dan terus memakaimu.



Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi saudara dalam kesukaran. Dan itulah sebutan untuk mereka bertiga.



PS: tiba-tiba teringat bahwa kalian belum memberikan kado wisuda dan Ulang tahun saya tahun ini. muahahahaaa..:D :P

Senin, 18 Oktober 2010

No tittle, huee..

Terdapatlah seorang wanita. Muda, polos, cantik dan manis kata teman-temannya. Tidak begitu heboh, namun bukan juga tipikal pemdiam. Berhati baik dan berwatak cantik. Tinggal di sebuah lingkungan yang masih aman. Jauh dari godaan fasilitas-fasilitas perkotaan. Ia hidup di tengah-tengah sawah dan ladang yang selalu menghasilkan. Tinggal di lingkungan yang menyadari arti pentingnya pendidikan. Di kelilingi teman-teman yang baik dan pintar.

Di tempat lain, di suatu lokasi yang tidak jauh dari kediamannya terdapat seorang pria. Penuh kharisma, dan talenta. Kecerdasan dan ketampanan pun ditemukan di dalam dirinya. Si pria yang tak pernah menduga bahwa dia akan bertemu dengan si wanita. Di suatu tempat, di suatu masa, di suatu kejadian yang tidak pernah di duga.

Pertemuan itu menginggalkan kagum di hati si wanita. Pertemuan itu membekas pada fikir si wanita. Awalnya dia tidak mengerti itu tanda apa. Baginya itu hanyalah sebercak rasa yang abstrak tatkala di raba. itu hanyalah rasa yang tak bisa diterjemahkan dengan kata. Sampai akhirnya si pria menjelaskan bahwa itu adalah cinta. Sampai akhirnya si pria mengaku bahwa dia juga memiliki rasa yang sama.

Dunia indah, sangat indah
alunan lagu cinta memenuhi benak si wanita
tak ayal, dan tak ragu ia pun menyambut cinta si pria

gayung bersambut, kata-kata cinta di ramu.....

Nasib menghantarkan si pria, menjelajah kehidupan yang penuh kegelimangan.
Merasakan hari-hari kemewahan. Penuh dengan harta dan tahta. Dapat di duga si wanita pun terlupa.

Namun si wanita, masih tetap menyimpan rasa. Masih tetap menduga, bahwa dia si pria yang dulu singgah di hatinya adalah tetap dia. Si pria yang penuh kasih dan perhatian. Si pria yang rendah hati dan peduli. Si pria yang ramah dan sopan. Si pria, yang dulu ia kenal takut akan Tuha. :D


Waktu tak dapat diatur pun ditebak. Tak di duga, mereka pun dipertemukan. Dapat dipastikan, kebahagian memancar di wajah keduanya. Siapa yang tidak senang bertemu dengan pujaan hatinya?
Si wanita dibawanya menjelalah hutan gedung-gedung mewah itu. menikmati fasilitas-fasiltas hebat. Tak dibiarkannya dia merasakan panas kota itu, tak dibiarkannya ia menghirup debu kota itu. Kendaraan penuh AC dan kenyamanan tiada tanding disuguhkan pada si wanita. Si wanita terbuai dalam lautan fasilitas mewah itu, namun ia juga tersadar oleh balutan perhatian itu.
Dia, si pria yang dikagumi karena kebaikannya telah berubah. Dia buka lagi si pria yang rendah hati, namun sudah terkontaminasi kesombongan. Dia bukan lagi si pria penuh perhatian, namun si pria penuh materi. Dia bukan lagi si pria penyabar. Dia, suda berubahFasilitas mewah itu menyadarkan si wanita, bahwa dia bukan lagi si pria yang dia kagumi. Dia bukan lagi si pria yang dia cintai. Dia. ya dia hanyalah satu dari sekian pria yang tidak ada lagi bedanya..Dia bukan lagi si pria takut akan Tuhan yang dulu didamba. Dia..ya, dia hanyalah orang lain, yang menyerobot raga si pria-nya dulu....

Sejak si wanita menyadari hal tersebut, diapun sadar bahwa cintanya suda pergi. Dan untuk pertama kalinya dia merasa bebas. Bebas sebebas-bebasnya.




anyway, she just don't love him nomore...


Selasa, 13 Juli 2010

Pesan Singkat dari Rutchi

Selamat hari Minggu ;D, awak ngirim pesan singkat ke nomor yang sama terus kau dan esra*, kapanlah awak ngirim ke pacar awak,hohohoho.."
 
 
Pesan ucapan selamat hari minggu pertama yang saya terima di Minggu pagi ini. Sambil tertawa geli saya membalas ucapan selamat hari Minggu tersebut. Pengirimnya adalah seorang sahabat SMU, yang berada jauh di sana. Kita dipisahkan oleh pulau dan beberapa provinsi (Lebai..;P). Kendatipun kita berjauhan, namun satu yang tetap, kita tetap saling tahu kondisi masing-masing. Jadi saya sangat mengerti maksud kata-kata tersebut. Wajar si di usia seperti sekarang sudah "merindukan" sosok yang disebutkannya di akhir tersebut.
 
Pacar, teman hidup, pendamping hidup, tunangan atau apalah namanya (banyak istilah yang dipakai orang2 untuk merujuk ke si oknum ini). Menjadi topik yang hangat dibicarakan di usia seperti sekarang. Seperti ramenya Timeline twitter tentang si Paul, demikian juga topik ini menjadi timeline di usia "abu-abu" ini. Ketika saya berkumpul dengan teman-teman, ketika membuka situs pertemanan bukankah hal seperti ini yang ramai dibicarakan?
Saya sendiri memiliki kurva fluktuatif jika diajak membicarakan topik di atas. Adakalanya bersemangat, kadang biasa-biasa aja, kadang tidak tertarik sama sekali. Tatkala pada tingkat terakhir tersebut, sahabat saya sering mengingatkan , 'jangan jadi wanita MARA (Mati Rasa) kau ya", hehehehe. Kendatipun saya rasa pernah ada di titik itu (rasa mengukur rasa berarti ya?) :P. Benar-benar tidak tertarik membicarakan atau untuk merasakan (wew, berarti sudah mati rasa dunk??) ~_~. Tapi hal itu tidaklah selama tatkala saya menyadari bahwa saya masih punya rasa (syukurlah ternyata masih normal),^^.
 
Menurut saya, keinginan seperti teman saya itu muncul, bisa jadi bukan karena memang kita sangat membutuhkan namun karena kondisi sekitar yang mengarahkan kita untuk menginginkannya. Misalnya saja, sehabis menonton film romantis yang mendikte kita untuk mengalami hal tersebut atau tatkala kita sedih dan butuh dukungan semangat dari seseorang. Contoh lainnya tatkala lingkungan di sekitar kita beramai-ramai menunjukkan indahnya kebahagiaan saat dua sejoli memadu kasih. Contoh terakhir ini, adalah hal yang sedang terjadi ditengah-tengah saya akhir-akhir ini. Mulai dari sahabat dekat, adik dekat, sahabat jauh dan adik jauh (*lho??hehhe). Mereka-mereka yang saya sebutkan itu sudah pada jadian. Dan itu terjadi bersamaan kurang lebih dalam satu bulan ini. hari ini mendengar si A jadian, besok adik B, eh kemarin ternyata si C dst dst..huaaaa,,euforia kegembiraanpun menghinggapi saya. Kondisi demikian secara tidak langsung membuat kita (lebih tepatnya beberapa orang) juga ingin "ikut-ikutan" merasakan hal yang sama. Dan saya pernah masuk dalam bagian itu.
 
Akan tetapi setelah saya pikir-pikir, akh berpacaran tidaklah seindah yang kita lihat atau se-enak yang kita bayangkan (bukan berarti tidak menyenangkan lho). Punya pacar adalah pekerjaan baru yang menambah daftar tanggungjawab . Karena berpacaran bukan tentang aku, saya, tapi kita dua oknum yang memiliki dua pemikiran, dua kepentingan, dua tujuan, dua keinginan, dua kebutuhan. Secara bersama-sama saling menyatukan pemahaman untuk bisa tetap beriringan melanjutkan perjalanan "kisah dua jadi satu" ini. Jadi tidak sebatas, ada yang memperhatikan, ada yang menanyakan sudah makan atau belum, ada yang menguatkan, ada yang mendengar cerita dll dll (saya tidak menampik bahwa hal ini penting ya).
 
Dengan hal-hal yang ada sekarang saja, kadang membuat saya kewalahan dan tidak maksimal mengerjakan segala sesuatu apalagi jika ditambah "pekerjaan" baru itu. Jadi, itulah alasannya mengapa saya belum diijinkan menjalani peran tersebut. Seperti seorang mahasiswa memiliki tingkat kesiapan masing-masing untuk memasuki dunia alumni. Memiliki lika-liku yang berbeda dalam penyelesaian tugas akhirnya demikian juga setiap orang dalam kesiapannya untuk menjalin relasi. Saat seseorang sudah Tuhan nyatakan siap, maka waktu penyelesaian kuliahnya pun selesai untuk melanjutkan tahap selanjutnya. Maka saat seseorang sudah Tuhan nyatakan siap untuk memiliki pacar, maka pintu menuju kesanapun akan dibukakan. (hahhaa, nyambung ga si analoginya ini??). Intinya sih, setiap orang punya kesiapan masing-masing. Jadi jika banyak yang sudah punya pacar bukan berarti kita juga harus punya. Bisa jadi bukan karena kita belum siap, tapi mungkin karena calon pasangan kita harus dipersiapkan lebih lagi (hehehehe, salah satu kata penghiburan). Tuhan tidak pernah melewatkan kita dalam mencurahkan berkat-berkatNya. Namun Dia beri apa yang memang kita butuhkan. Satu persatu akan diberikan seturut kemampuan kita. Jangan mencicipi buah yang belum matang, karena rasanya tidaklah seenak tatkala buah tersebut sudah matang tepat pada waktunya.
 
Jadi, tidaklah masalah mau mengirimkan pesan yang sama kepada orang yang sama. Memberikan perhatian dan kepedulian kepada orang yang sama. Ada kalanya perhatian itulah yang mereka butuhkan daripada sekedar perhatian pacar. Hehehe..
 
 
 
 
 
*Esra: salah satu sahabat saya juga
 
P.S :Segala sesuatu indah pada waktunya. Bukankah lebih menyenangkan menanti yang indah pada waktunya dari pada sesuatu yang biasa-biasa saja bukan pada waktunya??

Jumat, 25 Juni 2010

KUCH KUCH HOTA HAI

Saya bukan salah seorang penggemar film India seperti dua teman saya Ika Indah dan Sepri Rose, namun ada beberapa film produksi negeri tersebut yang saya senangi. Salah satu diantaranya adalah film yang berjudul " Kuch-Kuch Hota Hai". Film yang sudah saya kenal dan tonton ketika masih berseragam putih biru. Film yang saya tongkrongin berkali-kali (tampaknya sudah lebih dari lima kali). Awal film ini menembus pasar per-film-an Indonesia, langsung menarik animo masyarakat. Mulai dari anak SMP (seperti saya) sampai ibu-ibu. Hal ini terlihat dari lingkungan di sekitar saya dulu. Film ini mampu mengadu emosi penonton, dari rasa senang beralih ke sedih, jatuh cinta sampai patah hati. Pertama kali saya menikmati film ini bersama teman-teman sekelas. Nonton bareng di rumah teman yang memiliki VCD dan layar televisi yang besar. Dan dapat dipastikan, tidak ada satupun diantara kami yang tidak meneteskan air mata saat menyaksikan adegan sedih di film ini.

Ceritanya sendiri mengisahkan cinta di antara tiga orang yaitu Rahul, Tina dan Anjeli. Anjeli bersahabat karib dengan Rahul sejak masuk di Universitas tempat mereka menimba ilmu. Ketika tingkat akhir, Tina datang dan mampu mencuri hati Rahul. Saat mengikuti pelajaran di kelas, si dosen bertanya kepada mahasiswanya apa pengertian Cinta. Rahul yang juga murid terkenal di kelas menjawab dan berkata,” Cinta adalah persahabatan”, jika ingin menjalin cinta maka terlebih dahulu dia harus menjadi teman (sahabat). Pernyataan ini pun mengejutkan Anjeli, dan mulai menyadarkan akan rasa cinta yang dimilikinya terhadap Rahul. Cerita selanjutnya mungkin sudah anda ketahui (namun, jika tidak silahkan menonton film-nya, hahhaa ;P).

Sejak menonton film tersebut, entah kenapa saya juga seperti terhipnotis dengan pernyataan Rahul. Cinta adalah persahabatan. Jatuh cinta tidak diawali dengan rasa suka, namun diawali oleh rasa memiliki sebagai sahabat. Rasa cinta tidak hadir sekejap tatkala kita baru kenalan, namun rasa yang hadir saat sudah saling mengenal.Hal ini mungkin mempengaruhi saya dalam menyikapi pria-pria yang pernah mendekati saya (*sok iye gitu..hehehe). Beberapa orang yang baru saya kenal tiba-tiba langsung berperilaku aneh, membuat saya menjadi sedikit tidak nyaman. Contohnya, saya baru kenalan dengan seseorang di suatu acara, tiba-tiba di malam hari sepulangnya dari acara tersebut dia menghubungi saya lewat pesan singkat atau telefon. Lalu keesokan harinya melakukan hal yang sama lagi. Keadaan ini otomatis membuat saya jadi mikir (*tuing-tuing), ni orang kenapa terus ngubungin saya?. Dan kalau terus-terusan dapat ditebak saya mungkin tidak akan merespon. Dan kondisi ini sering membuat saya tidak ngeh kalau dia mendekati saya. Sampai akhirnya dia berhenti dan mencari yang lain (*diiihh O-}). Alasan lain mungkin dikarenakan saya si Introvert yang Ekstrovert. Tidak mudah bagi saya, untuk bercerita dengan orang yang baru saya kenal. Jadi, ketika dia menanyai saya pertanyaan2 seperti,'sedang apa?udah makan?mau kemana hari ini? dll tanpa diperintah benak saya akan melahirkan pemikiran, emang kenapa aku harus ngasih tau sama nih orang. Hal ini dikarenakan saya tidak mudah memberitahu apa yang akan saya lakukan kepada orang belum saya kenal. Keadaanya akan berbeda jika yang menanyakan tersebut adalah orang yang saya kenal. Tanpa ditanyapun mungkin saya akan berinisiatif bercerita. Dan untuk bisa seperti ini otomatis saya harus menjalin pertemanan dulu dengan dia. Dan orang yang pernah menjalin relasi dengan saya adalah orang yang sudah terlebih dahulu saya kenal. Rasa itupun hadir setelah 4 tahun saya mengenalnya.


Satu pernyataan dalam Bahasa Inggris dituliskan seperti ini " Friendship can end in Love, but Love can't end in Friendship". Berdasarkan pengalaman saya, cinta memang tidak mudah diakhiri dengan persahabatan, hanya sebagai teman (ada batas antara persahabatan dan pertemanan). Dan berdasarkan pengalaman persahabatan orang-orang di sekitar saya banyak yang berakhir di percintaan. Cerita cinta mereka pun terus berlanjut ke tahap selanjutnya. Menurut saya, hubungan tersebut dapat langgeng, karena awalnya mereka sudah saling mengenal. Pengenalan yang terjalin tidak sebatas kenal luarnya saja, namun dalamnya pun sedikit banyak sudah ditembus. Pengenalan awal yang tidak dibaluti dengan kepura-puraan namun apa adanya. Pengenalan bukan berdasarkan agar si dia melihat kita tampak hebat, namun menunjukkan bahwa kita saling membutuhkan dukungan sesama teman. Pengenalan yang menolong satu sama lain mengasihi dengan cara dan gaya masing-masing. Pengenalan yang menolong setiap insan saling mengerti, memahami satu sama lain. Kisah cinta yang berfase pertemanan-persahabatan-akhirnya percintaan. Indah bukan?? ;-). Selamat menjalin persahabatan indah yang dibalut kasih yang tulus. Jika dia cintamu, maka perjalanan akan diarahkan ke sana, namun jika tidak jangan memaksa. Masih banyak teman-teman di sekitar yang akan menjadi sahabat yang pada akhirnya berlabuh di dermaga cintamu......





PS : Setiap orang punya kisah dan mendambakan cerita cinta yang berbeda-beda. Hanya satu yang sama, berharap kisah cinta diakhiri dengan indah untuk mengawali kisah baru bersama yang dicinta..;P

Senin, 24 Mei 2010

Pelajaran lewat Pengalaman bersama Mesin Berjalan

Aktivitas yang mengisi hari-hari saya belakangan ini adalah naik turun angkot. Kemana-mana selalu menggunakan angkot. Walaupun hanya ongkos seribu tetap naik angkot apalagi dua ribu harus naik angkot (karena jaraknya sudah cukup jauh),hehehe. Dulu, waktu masih tiggal di daerah pelosok Bandung , di Jatinangor, jasa angkot tidak terlalu sering saya gunakan. Kaki ini lebih memilih bergerak daripada duduk diam di atas mesin berjalan itu. Alasan lainnya karena jarak tujuan yang harus saya tempuh tidaklah begitu jauh. Hanya dalam hitungan 5-10 menit, maka saya bisa tiba di tempat tujuan. Jasa dan tenaga angkot akan dipilih jika tubuh ini sedang “manja”, dan malas memfungsikan kaki sebagaimana mestinya. Jika sudah pada kondisi ini maka angkot2 akan bersukacita (hooeekkk;p), karena saya menompang sejenak dan dia mengantar saya ke tempat tujuan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya,hahaha. Berhubung sekarang saya tinggal di ibu kota propinsi dan sedihnya tempat tinggal saya cukup berjarak dengan tempat main saya (hahaa, gaya..), maka angkot akan menjadi sarana penghubung dan pengantar saya. Waktu yang saya butuhkan tidaklah menentu. Kemacetan dan ketidakaturan beberapa pengguna jalan raya sering memperlama waktu yang sesungguhnya untuk mencapai tempat tujuan saya. Nah, selama diangkot inilah banyak hal yang saya pelajari. Banyak sisi kehidupan yang saya dapat lewat perjalanan dengan angkot.

Salah satu yang saya dapati adalah berikut ini. Ketika lampu merah, yang merupakan komando bagi si bos angkot untuk menghentikan rekan kerjanya. Pada situasi seperti ini tahukah kalian siapa yang akan menyerbu angkot yang saya tumpangi? seperti semut yang langsung menghampiri gula demikian jugalah para pengamen di sekitar lampu merah memandang manis kepada angkot (haha, penumpang-pen). Entah itu waktu panas atau lagi hujan, jarang mereka melewatkan angkot-angkot yang berhenti. Menyanyikan satu lagu (atau kadang tidak selesai karena sudah keburu lampu hijau), lalu mengedarkan ‘kantong’ sebagai wadah penghargaan terhadap lagu yang mereka dendangkan. Terkadang ada penumpang yang memberi namun sering juga kantong itu tetap kosong kembali ke tangan pemiliknya. Begitulah sering salah satu hal yang saya lihat. Angkot melaju dan para pengamen kembali ke tempat peristirahatannya dan menunggu lampu merah selanjutnya. Terlepas motif si pengamen malas bekerja, atau tidak tau harus kerja apa satu hal yang saya pelajari dari mereka adalah sebuah perjuangan. Saya tidak tahu mungkin mereka mengeluh ketika hari sangat panas atau ketika hujan, namun keluhan itu tak menghambat mereka untuk tetap bekerja. Angkot yang berhenti tidak mereka lewatkan begitu saja. Hal yang saya lihat dari kejadian tersebut adalah sebuah usaha terus menerus dan bekerja keras. Pernah suatu ketika, saya sedikit menyerah dengan tantangan hidup yang sedang mendera saya(jiaahhh,sedih amat bahasannya,hehee). Sedikit memberontak dan kehilangan semangat untuk berusaha. Merasa letih dan ingin lari dari kesulitan hidup tersebut (haahh, semakin lebaii pendeskripsiannya). Ketika diangkot lah saya diingatkan kembali. Ketika melihat para pengamen itulah saya ditegor. Ah, bukankah aku lebih beruntung dari mereka?bukankah hidupku lebih baik dari mereka?namun ternyata mungkin saat itu daya juang yang ku miliki tidak setangguh daya juang mereka;-(. Dan melihat para pengamen tersebut saya rasa Tuhan berbicara dan menguatkan saya. Kalau para pengamen itu dapat terus berjuang, kenapa saya harus menyerah?. Mereka berjuang untuk mendapatkan uang atau berjuang untuk dapat mempertahankan hidup. Saya berjuang untuk sesuatu yang juga tentang sisi kehidupan yang harus saya lewati. Lalu apa bedannya? (membayangkan diri saya, dengan kedua tangan di pinggang dan mata melotot, berkata,’lalu apa bedannya?’. Waduhhh seram amat,,hehhehe.)

Saat itu juga, satu sisi dalam diri saya berkata,’ Para pengamen itu entah mereka sudah letih atau tidak tetap saja menyanyi, lalu kenapa dirimu sudah ingin berhenti saat kau merasa kelelahan?. Tidak tau apakah mereka punya pengharapan atau tidak, namun bukankah dirimu memiliki Sumber Pengharapan dan Kekuatan yang menjadi tempat pengaduanmu?. Jangan pernah menyerah La, karena kau diciptakan bukan untuk menyerah namun terus berjuang. Karena kekuatan tidak akan pernah hilang dari orang-orang yang terus memiliki pengharapan. Dan seketika itu juga huuzzzzzttt..sebongkah kekuatan menyelinap masuk merasuki jiwa saya. Menggerakkan sendi-sendi semangat dalam diri saya untuk kembali melanjutkan perjuangan yang sempat istirahat. Dan sayapun berspekulasi sendiri. Dengan berpijak pada pengertian “tidak ada yang kebetulan”, maka tidak kebetulan juga kalau saya harus sering naik turun angkot menempuh perjalanan menuju tempat tujuan. Lewat keberadaan saya diangkot, saya boleh belajar akan semangat juang dari para pengamen tersebut. Coba kalau saya bisa jalan kaki, mungkin saya tidak akan melihat dan menikmati aksi panggung para pengamen dalam menghibur penompang di angkot, mesin berjalan itu. Hehehe...Dan saya tidak akan kepikiran akan daya juang para pengamen tersebut. ;)

**Masih banyak kisah dan cerita yang saya dapati dan lalu di “mesin berjalan” itu, nantikan penuturan saya selanjutnya..ehheheehee...

**Ada pelajaran yang tersirat dan mungkin tersurat dari setiap hal yang kita lihat, alami, lewati. Hanya dibutuhkan sedikit kepekaan untuk melihatnya lebih seksama dan menemukan makna di balik semuanya....

(Nothing to Loose-nya MLTR menemani saya mengakhiri tulisan ini,hehehe^^)

Senin, 10 Mei 2010

Pertemuan dengan Dokter

Beberapa hari bertahan (dan melawan), akhirnya saya menyerah juga. Tubuh ini ternyata tidak sekuat bayangan saya, eh,eh salah,tubuh saya tidak sekuat yang saya bayangkan. Hum, tubuh si gadis dewasa ini ternyata tidak sekuat tubuhnya tatkala remaja. Ya, akhirnya hari ini saya pergi bertemu dengan dia/mereka yang berbaju putih. Mereka yang sering menjadi tempat cerita orang-orang yang(sedang) segolongan dengan saya. Orang yang sakit fisik( haha,mau bilang ketemu dokter aja ribet amat^^hehe).

Sedari dulu saya paling tidak suka kalau harus mengunjungi mereka. Bukan karena punya pengalaman buruk, atau karena wajah-wajahnya yang menyeramkan (beberapa banyak yang cakep kok;-)hahaayyy ), atau karena takut dengan jarum suntik dan darah (seperti beberapa orang). Alasan yang sebenarnya semata-mata karena saya malas dan beranggapan bahwa saya akan sembuh tanpa bantuan dokter. Dulu kalau saya sakit ringan (batuk,flu,pilek, demam-tinggi-sedang-rendah) saya hanya butuh perawatan penuh kasih dari mama tersayang ditambah tegukan si air putih yang tak terhitung jumlahnya. Dan tak lupa juga istirahat yang banyak. Jika tingkat sakitnya sedikit lebih parah, saya mengalah dan mau bekerjasama dengan pil-pil dan sejenisnya untuk membasmi si biang kerok. Hal ini benar-benar terjadi kalau saya sudah sadar bahwa tubuh saya membutuhkan senjata tambahan berupa sekelompok obat tersebut. Dan, utungnya mamaku bekerja di salah satu pusat pelayanan kesehatan yang mengerti tentang obat-obatan. Dengan demikian obat dari dokter akan sampai ke tangan saya tanpa harus bertemu dengannya.

Kondisi di atas sudah beda dengan sekarang ;-(. Sekarang saya tidak lagi tinggal bersama orang tua. Jauh dari orangtua dan menjadi penghuni salah satu kosan di kota saya menimba ilmu dan mengadu nasib. Jadilah saya harus mandiri dan mengurus diri sendiri. Mau makan cari sendiri, mau nyuci cuci sendiri, sakit-berobat sendiri. ahayyy,kayak lagu dangdut,hehehe. Semua harus saya kerjakan sendiri . Tidak bisa lagi seperti dulu,hanya melalui mama. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus menghadap si dokter dan bercerita tentang sakit yang saya alami. Pilihan ini harus segera dilaksanakan, kalau mau sembuh secepatnya (*saya berkata demikian kepada diri sendiri untuk melawan rasa malas/enggan berkunjung ke dokter).

Tadi malam sebelum tidur, saya sempat menjelajah dunia perinternetan (*hum bahasa Indonesia browsing apa ya??). Nah, berdasarkan pencarian tersebut, saya jadi dihinggapi rasa takut. Sakit yang saya derita, dinyatakan gejala dari penyakit yang gawat. Sakit parah yang pengobatannya susah. Huaa, sontak saya jadi bingung dan cemas. Waduh,kalau itu benar, berarti saya harus istirahat untuk waktu yang lama, saya tidak bisa main kemana-mana, saya harus pulang sehingga ada yang ngerawat, *duhduhduhduhduh, saya panik parah dengan mimik yang jauh dari wajah sumringah*.

Di tengah-tengah kepanikan tersebut, akhirnya saya menenangkan diri seraya berkata all iz well,all iz well mencontek dari film yang baru (lagi) saya tonton. Tapi kepanikan saya tidak berubah juga. Dan saya tau hal apa yang harus saya lakukan untuk mengalahkan si panik ini. Mengambil waktu sejenak dan berserah pada-Nya. Hal yang membuat saya tenang dan dengan mudah mengantar saya tidur. Meninggalkan kepanikan yang belum tentu kebenarannya itu.

Siang tadi, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Deg-degan, keringat dingin, takut, gemetaran tidak saya alami,hahhaa. Saya merasa biasa-biasa saja saat akan bertemu dengan si dokter. Selintas terbersit ketakutan saya tadi malam, tapi secepat kilat saya mengibaskannya dari memori.ah,itu hanya pikiran saya saja yang terlalu jauh. Sang dokterpun mulai melakukan tugasnya, cek sana-cek sini, tanya ini-tanya itu, bilang apa-bilang api (lho??)hahha. Dan dengan entengnya dia berkata,” kamu sakit karena kecapean dan cuaca yang tidak baik, batuknya karena kamu suka makan gorengan. Untuk sementara jangan makan gorengan,minum es dan makan mie dulu ya’, tambahnya. Dalam hati saya berkata,”hah!, Cuma sakit seperti itu ternyata!”. Tapi untuk memastikan saya bertanya kepada si dokter,”berarti sakitnya hanya karena itu ya dok?bukan karena sakit yang lain-lain?”Tanya saya dengan penuh rasa ingin tahu. Dan dengan santai si dokter itu mengangguk, mengiyakan pertanyaan pertama saya.Lega.

Diperlajanan pulang dari rumah sakit hal yang terbersit dalam fikiran saya adalah, kenapa saya memperlama waktu berobat? Menyesal karena tidak cepat langsung berobat, pasti sembuhnya pun lebih cepat dibanding dengan sakit yang sudah saya alami berhari-hari. Dan jawabannya adalah karena saya menghindar. Menghindar untuk bertemu dokter. Menghindar dari ketakutakan untuk sesuatu penyakit yang saya bayangkan. Padahal yang terjadi tidaklah serumit yang saya bayangkan. Padalah justru setelah bertemu dokter saya jadi diyakinkan bahwa sakit saya hanya sakit biasa. Bahwa apa yang saya takutkan hanyalah ketakutan yang tidak beralasan.

Pelajaran hari ini: jangan pernah menghindar untuk sesuatu yang harus anda hadapi. Mau tidak mau,suka tidak suka, hal yang membuatmu malas/menghalangi langkah anda haruslah tetap dihadapi. Jadi kenapa harus memilih menghindar? Cepat atau lambat,mana yang anda pilih?mengutip motto seorang politikus”lebih cepat lebih baik” merupakan pilihan yang bijak dalam menghadapi sesuatu hal yang sedang anda hindari.

Salam sehat dan tetap jaga kesehatan^^

Kamis, 06 Mei 2010

Selamat hari lahir-Bagian I


Harusnya si di masukin blog 1 Mei kemarin, tapi baru sempat sekarang..^^hehehe

Menjadi tua itu pasti, namun menjadi dewasa adalah pilihan. Demikian isi layanan pesan singkat seorang teman. Kalimat tersebut menjadi kata-kata mutiara yang berkesan buat saya diusia 23 tahun ini (huaaa, pernyataan pertama semakin disahkan, bahwa saya sudah semakin tua~,~). Berada pada usia ini menandakan perjalanan hidup saya yang hampir mendekati (minus 2 tahun lagi!!) seperampat abad usia. Entah sudah berapa era/masa yang sudah saya lewati. Mulai dari bayi kecil mungil imut lucu nan cantik (hahaha, naluri narsis saya lagi membumi,hehe), kemudian menginjak masa anak-anak, TK, SD. Masa yang dulu membuat saya ingin cepat besar, bisa bebas main kemana saja tanpa harus dilarang orangtua. Masa yang jarang ditemani oleh pikiran-pikiran seperti yang dialami oleh orang dewasa. Masa dimana bebas lepas bermain karet, kelereng atau bola kaki tanpa ada larangan ataupun ketakutan. Masa yang saat ini saya rindukan (tapi sayangnya kantong doraemon tidak bsa dipinjam,;().Tampaknya masa ini adalah masa hidup yang tanpa beban, dapat tertawa lepas. Mau apa-apa tinggal bilang pada orangtua dan kalau tidak diijinkan maka saya akan menangis. Setelah menangis−tetap aja sih ngga dikasih=) hehehe− saya akan pergi main dengan teman dan sudah!!, sudah lupa terhadap hal yang saya tangisi^^. Mulai lagi dengan permintaan-permintaan baru, tanpa ingat lagi kejadian yang sudah berlalu.

Seiring perjalanan waktu (yang tak pernah berhenti) saya pun menapaki masa remaja nan jenaka, penuh canda dan tawa tak ketinggalan juga tingkah-tingkah yang merajalela. Pergi main sesuka hati membuat orangtua gusar, atau menggangu teman hingga membuatnya menangis. Ber-hahaha hihihi dengan teman satu geng (geng???),atau ngomongin kakak kelas cowok yang mengagumkan ketika pidato, atau memimpin baris berbaris. Hum, masa-masa manis saat dulu sudah mulai membicarakan nanti kalau sudah besar dewasa aku mau jadi ini, aku mau kuliah di sana, aku mau cowok yang seperti itu, aku mau ini, mau itu. Suatu harapan untuk beberapa tahun ke depan yang akan dialami. Geli rasanya, saat mengingat semua itu. Gadis remaja yang mengisi hari-harinya belajar, les, membantu orangtua di rumah sudah mulai membayangkan hal-hal tersebut.

Lalu hari berganti, bulan berganti, tahun berganti tanpa disadari usia sudah kepala dua. Istilah teman saya ‘telor sudah pecah’. Dan kalau tidak salah ingat di usia 21−dua tahun silam−berkesan bagi saya. Saya merasa sudah harus menjadi seorang yang dewasa, dewasa menurut pengertian saya sendiri. Ketawa bukan lagi ngakak-ngikik tak jelas, ngomong tidak lagi ceplas-ceplos tak karuan, gaya berpakaian pun berusaha dirubah−dari kaos/t-shirt yang menjadi seragam kebanggaan menjadi baju yang lebih feminim−atau kamar tidak lagi berantakan dll dll, sesuai pengertian dewasa yang saya bayangkan. Padahal sebenarnya hal yang dituntut dari sifat dewasa bukanlah pada apa yang kelihatan sekilas dan kasat mata, namun dewasa karakter/sifat/sikap/perilaku yang menjadi pondasi dalam bertingkah,bertutur, berbuat terhadap sesama. Pondasi dalam menghadapi setiap penggalan perjalan hidup yang akan ditempuh dari waktu ke waktu yang semakin mematangkan si”dewasa’ itu sendiri.

Melihat usia (sekali lagi jika dilihat lewat usia), seyogyanya 23 tahun sudah menobatkan saya menjadi gadis dewasa berharap dari segi karakter pun tidak ketinggalan dari usia itu sendiri. Meski demikian saya sadari pondisi itu belum begitu kokoh. Beberapa hal sering saya jadikan sebagai indikatornya. Mulai dari berperilaku terhadap orang lain masih belum bisa mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri−ada kalanya saya menjadi manusia egois− atau ketika mengerjakan sesuatu terkadang belum melakukan segala sesuatu seperti untuk Allah, tatkala keinginan sendiri muncul, terkadang saya menomorsatukkannya dalam mengambil keputusan.

Membaca setiap pesan singkat yang masuk, medengar setiap ucapan “kata-kata mujarab di peringatan hari lahir”petuah untuk semakin dewasa jarang ketinggalan. Bersama pesan-pesan lainnya−semakin dewasa dalam iman dan karakter –sering tampil. Apa mungkin karena dewasa adalah pilihan sehingga sering dipromosikan (baca: diucapkan), dan berharap si penerima semakin mengenal dan memilihnya??hehhee. Saya berharap di usia yang sudah dewasa ini, “si dewasa” yang sesungguhnya itu berjalan mengiringi saya menapaki kehidupan. Melalui setiap persoalan, masalah, sukacita, kebahagian, perselisihan dan setiap hal yang saya alami dan akan alami menolong saya semakin dewasa. Dan ‘dia’ semakin kokoh dibangun di dalam diri saya untuk semakin tangguh untuk melanjutkan perjalanan hidup menempuh tiap-tiap masa yang juga akan saya lewati nantinya. Sampai akhirnya ketika nanti sudah tua (tua yang menjadi bagian saya beda dengan bagian anda;D), dewasa mendampingi saya.

Selamat berulang tanggal dan bulan lahir sahabatt^^...

*Segaris rentang waktu, telah kau jalani di dalam kehidupan ini

Tiada terukur segala kebaikanNya, sungguh tak terbilang kemurahanNya

Di dalam kasih Tuhan mari kita rayakan..

*diambil dari lirik lagu hip hip hura-Nikita

Sri Mulyani-Srikandi Indonesia

Sri Mulyani akan bekerja di Bank Dunia yang akan dimulai sejak tanggal 1 Juni. Pemberitaan tentang hal ini heboh di media massa, media elektronik dan juga jejaring sosial. Salah satu jejaring sosial menyatakan ‘pindah kerja’ ibu tersebut menjadi topik yang paling banyak dibicarakan. Banyak yang menyatakan rasa kehilangan, sebagian mendukung, sebagian berkata hebat, yang lain menyatakan selamat. Ada yang (merasa) kehilangan, ada pula yang (mungkin) senang akan hal ini. saya tidak ingin membahas “mereka”−orang-orang yang merasa terganggu dengan kinerja, kebijakan, dan sistem kerja Sri Mulyani, −tapi saya ingin mengatakan bahwa saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang merasa kehilangan. Bagi saya Sri Mulyani adalah salah satu wanita hebat Indonesia. Banyak prestasi yang sudah beliau ukir. Sebut saja di tahun 2006 mendapat penghargaan sebagai menteri Keuangan terbaik. Kemudian kiprahnya di dunia Internasional yang merupakan wanita Indonesia pertama yang menjabat sebagai Executive Director Dana moneter Internasional (IMF) dll dll. Dan bukankah karena prestasi sehingga Beliau diminta untuk bekerja di bank Dunia?

Salah seorang teman saya (yang merupakan bawahannya di Depkeu), menyatakan kagum atas kepemipinan beliau. Tegas, cerdas, lugas, Dan saya yang walaupun belum pernah melihat langsung bagaimana beliau memimpin menyatakan setuju dengan pendapat teman saya. Melihat setiap kata-kata yang dikeluarkan saat harus meghadapi wartawan. Tidak banyak bicara namun setiap hal yang Beliau ucapkan tidak sia-sia. Terpancar kecerdasaan dari setiap tutur yang Beliau keluarkan. Tampak tidak ada kebimbangan saat harus mempertanggungjawabkan setiap hal yang Beliau kerjakan.

Sri Mulyani adalah sosok wanita yang multi talenta, berintegritas dan berkepribadian tangguh. Beberapa masalah sudah dialaminya ketika menjadi pejabat di negara ini. Sebut saja kasus Lapindo−ketidaksetujuannya dana APBN digunakan sebagai ganti rugi, karena hal tersebut adalah tanggungjawab ‘pemilik’ penyebab lupur tersebut, kasus dengan beberapa pengusaha batu bara dan kasus-kasus lainnya. Pernah ketika dia dimintai keterangan oleh para (yang katannya) wakil rayat dia menjawab dengan berani dan tidak ada sedikit kecanggunan di sana.

Lalu jika dilihat dari kiprahnya sebagai seorang ibu, menurut hasil wawancara dengan Intisari edisi Sptembet 2009 tetap saja diamengagumkan bagi saya. Menurut pengakuannya, Beliau akan menyediakan waktu kapan saja ketika anak-anak sedang membutuhkannya. Pendidikan menjadi nomor satu tapi bukan berarti pendidikan miliki Indonesia tidak diliriknya. Anak-anaknya dimasukkan ke sekolah-sekolah local bukan internasional. Hal ini bertujuan agar anaknya bergaul dengan orang Indonesia karena mereka adalah orang Indonesia bukan orang kuar negeri (sebelumnya mereka tinggal di Amerika).

Contoh lainnya adalah Beliau mengajarkan anak-anaknya untuk menjadi warga negara yang mencintai negara. Wah, bukankah itu suatu didikan yang menunjukkan rasa hormat terhadap negaranya. Jarang saya temui orangtua yang sejak kecil mengajarkan dan menanamkan rasa cinta yang besar terhadap negaranya. Lalu saya juga pernah melihat acara Dialog beliau di salah satu Tv swasta nasional. Sungguh hal tersebut menambah kekaguman saya pada beliau. Anak-anaknya tumbuh dengan baik (paling tidak itu yang dapat saya tangkap dari kebersamaan di acara tersebut), suaminya mendukung penuh setiap karier dan tindakan beliau. Alhasil sampai saat ini rumah tangganya merupakan tempat yang penuh kenikmatan. Huaa, hebat sekali bukan. Wanita multitasking yang piawai dalam bernyanyi, melukis, menjahit apalagi pengetahuan tentang ekonomi, jangan ditanyakan lagi.

Ah, sedih rasanya ketika melihat wanita hebat ini memberikan ilmunya untuk instasi yang disebut ‘World Bank’ itu. Padahal tenaga, pemikiran, keputusan, kebijakan darinya masih sangat diperlukan negara ini. Beberapa orang berpendapat keputusan beliau untuk bergabung dan meninggalkan ‘pasukannya’ di Indonesia adalah karena beratnya tekanan politik yang dialami. Tekanan dari orang-orang yang mungkin lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada bangsa ini.

Meskipun demikian, di balik rasa sedih tersebut, terselip juga rasa bangga. Beliau diminta langsung oleh Pemimpin World Bank, Robert Zoellick. Robert menyatakan bahwa kinerja Sri Mulyani di sektor ekonomi sangat baik dan berprestasi. Menurutnya, Sry Mulyani mampu membawa Indonesia melewati krisis global yang menghantam hampir seluruh negara di dunia. Kepiawaiannya dalam membuat kebijakan mendatangkan iklim yang positif bagi perekonomian Indonesia maupun global (meski pengaruhnya tidak dalam porsi yang besar). Huh, mengapa orang dari ‘luar sana’ dapat melihat kehebatan beliau sedangkan ‘sesama’ yang katanya berjuang untuk Indonesia tidak membuka matanya lebar-lebar untuk hal ini. Siapa yang salah disini. Orang Indonesia yang buta atau pihak luar yang salah lihat?.

Beberapa dekade sudah banyak hal yang Beliau lakukan. Banyak “kado” yang sudah Beliau hadiahkan untuk bangsa ini secara umum dan untuk bosnya secara khusus. Prestasi-prestasi yang pernah ditorehkannya ketika melayani di negeri ini dapat dilihat di sini. Alasan jelasnya mengapa beliau memilih untuk bergabung dengan Bank Dunia, hanya diketahui oleh beliau. Setiap orang hanya dapat menebak dan menerka-nerka. Berharap ketika sudah bekerja di World Bank sana beliau tetap memberikan sumbangsihnya buat Indonesia. Setiap pemikiran, masukan, dan pengetahuannya pasti masih sangat diperlukan bangsa ini. Bangsa yang masih membutuhkan Sri Mulyani, Sri Mulyani lainnya. Teriring pesan buat beliau (walaupun mungkin tak pernah diketahuinya,hehhe) selamat berjuang Bu!! Selamat menjelajah dan berkiprah di dunia Internasional. Berkarya dan berbuat sebaik-baiknya untuk dunia yang lebih baik.

*sehebat-hebatnya manusia tetaplah dia manusia yang pernah berbuat salah.Bukankah manusia dapat beajar banyak dari kesalahan?Namun terkadang sesama lebih mampu menelanjangi kesalahan orang lain dan menghukumnya daripada menyadari kesalahannya sendiri...*

Kamis, 22 April 2010

Berkenalan dengan pengaruh Cinta


Siap jatuh cinta berarti siap patah hati. Kata bijak yang sering kudengar dan aku pun mengiyakan pernyataan itu. Siap memberi hati diisi harus siap juga suatu saat ditinggalkan. Jatuh cinta berjuta rasanya, begitu penggal sebait lagu. Hal inipun benar. Saat merasa jatuh cinta wajah ini selalu tapak sumringah, hati ini selalu terasa plong, jantung ini berdebar-debar menantikan pertemuan dengan dia yang dicinta. Entah dia yang dicinta merasakan hal yang sama atau tidak. Sedikit teguran, atau perhatian darinya akan mampu mengalihkan perhatian dari seratus orang sekitar. Mulut ini serasa tak jemu-jemu ingin bercerita tentang sebuah rasa yang dialami. Fikir ini tak bosan-bosannya memikirkan dan mengingat dia sang pemanah cinta. Mata ini tak kunjung terlelap karena hanyut dibuai bayangan sang pujaan hati.
Siap berarti tidak ada kekurangan, siap berarti tidak lagi melihat ke belakang dan berkata tunggu dulu. Siap berarti tidak peduli sekitar terus maju menuju hal yang dituju. Siap menantikan respon yang dicinta entah itu respon yang dinginkan atau yang tidak diharapkan.
Perjalanan cinta manusia tidak lagi terhitung jumlahnya. Banyak cinta yang berakhir manis namun tidak sedikit yang diselesaikan dengan pahit. Siapapun itu, suku apapun, orang manapun pasti memimpikan cinta yang diakhiri dengan indah. Bayangan cinta seperti negeri dogeng membuat orang lebih siap jatuh cinta daripada patah hati. Jatuh cinta tidak membuat dia berfikir lama, jatuh cinta tidak membuat seseorang menjadi lebih buruk, jatuh cinta menjadi saat-saat menyenangkan yang sering tak dapat dilukiskan rasanya. Dan akhirnya hanyut terlalu jauh dalam buaian cinta dan tidak siap untuk bangkit ke alam di luar impiannya.
Ketika seseorang tidak siap patah hati sesungguhnya dia juga belum siap untuk jatuh cinta. Rasa cinta yang dimiliki hanya menuntun kita memasuki tujuan-tujuan yang dikehendaki, padahal seharusnya rasa itu harus menuntun kita ke hal yang harus kita alami. Mencintai tidak pernah salah karena hak manusia untuk mencinta, namun memiliki dia yang dicinta bukanlah kita yang menjadi penentunya. Banyak perjalanan yang harus ditempuh untuk mengetahui apakah dia milik kita selamanya atau tidak. Jatuh cinta yang sedih adalah ketika rasa hanya tinggal dihati seorang. Saat rasa yang sama tidak dimiliki oleh dia yang dicinta. Hal ini menjadikan cinta bertepuk sebelah tangan. Usaha yang gigih, pengorbanan yang tanpa letih, akan meninggalkan hati yang perih saat menyadari kenyataan tersebut. Namun jatuh cinta yang lebih menyedihkan adalah saat subjek (se pencinta) dan objek (yang dicinta) saling memiliki rasa namun tidak dapat bersama. Lalu bagaimana dengan kisah cinta anda? Seperti apapun semoga kisah cinta tidak hanya dijalani (jika terus langgeng) dan dilewatkan (jika harus terpisah), berlalu begitu saja. Petiklah pelajaran berharga dari pengalaman2 yang pernah anda alami. ;-)...

Rabu, 21 April 2010

Bukupun dipakai Tuhan *Judul yang Tanggung*=)

Sebenarnya niat awal adalah menulis artikel buat suatu lomba yang akan saya ikuti−deadline atau waktu temponya adalah besok−,tapi ntah kenapa sampai tulisan ini diterbitkan (alahh..!!), belum ada satu ide pun yang bercokol di otak ini. Daripada-daripada lebih baik lebih baik, nah lo maksudnya apa??hehhee...
Akhirnya saya memutuskan untuk mengerjakan yang lain, membongkar kotak buku saya yang lama tidak disentuh. Dasar Ella malas(atau pelupa??) ternyata ada beberapa buku yang belum saya baca. Huuu, padalah satu bulan terakhir ini, kerjaan saya hanya bangun,makan, ngenet, baca, nonton, tidur, terus besoknya sama lagi deh ;-)..hahaa. tiga puluh hari dengan kesantaian tersebut menyadarkan saya, tidak selamanya santai itu menyenangkan, yang ada malah membosankan..huhuhu...aku mau kerja! Aku mau kerja! ;-( tiba-tiba teringat pesan banyak orang, “nikmati aja dulu masa-masa seperti ini,nanti kalau udah kerja tidak akan mudah mengatur waktu seperti yang kita suka. Pengen baca tapi ada kerjaan yang harus diselesaikan, pengen nonton tapi ada rapat yang harus dihadiri, pengen tidur tapi ada tugas tambahan dari si boss dll dll)..
Kembali ke acara bongkar-bongkar buku, saya menemukan satu buku pemberian seseorang. Buku tipis yang isinya tidak sampai seratus halaman. Buku ringan namun menyuguhkan makna yang berkesan. Buku yang berisi catatan pengalaman beberapa orang dalam tugas penggembalaan yang sedang mereka emban. Judul bukunya adalah (tarrraaaa!!! Hahaha...). “ Secangkin bandrek untuk Pemimpin Kelompok Kecil”. Entah apa alasan pemilihan bandrek sebagai penguat brand dari isi buku ini. Bandrek adalah sejenis minuman yang enak dinikmati jika disuguhkan saat cuaca dingin tak bersahabat. Bandrek memberikan kesegaran bagi penikmatnya. Menghangatkan tubuh, menghilangkan masuk angin (benar ngga sih??), menghilangkan dahaga, pokoknya baik buat kesehatan..hehehe
Saya berspekulasi sendiri dengan pemilihan bandrek yang disandingkan dengan PKK.Sang Editor (pemberi judul buku) mungkin berharap pembacanya (yang merupakan pemipin kelompok kecil), memperoleh kehangatan−rasa ‘nyaman’ untuk peran PKK seperti yang dialami oleh para penutur−,memperoleh kekuatan−dukungan dari sesama PKK untuk beratnya tanggungjawab yang diemban−, memperoleh kesehatan−untuk semangat PKK yang mulai sakit−dan memberikan penenguhan bahwa menjadi PKK adalah menjadi pelayan yang melakukan hal kecil namun memberikan kontribusi besar bagi Dia.
Membaca kisah-kisah perjalanan PKK di buku ini mengajak saya untuk menyelidiki bagaimana perjalanan saya sendiri. Indah memang ketika melihat perjuangan orang lain dan berakhir bahagia ketika akhirnya adik-adik yang dipercayakan padanya bertumbuh. Dan sebaliknya,miris ketika melihat bahwa saya belum melakukan sebaik yang mereka lakukan. Lima orang Tuhan percayakan,namun sampai saat ini saya belum merasa melakukan yang terbaik. Masih belum memahami karakter mereka satu persatu, masih sering mengabaikan saat mereka membutuhkan, bahkan terlalu memaksakan beberapa diantara mereka dewasa seperti yang saya harapkan. Akan tetapi saya menyadari, tapaknya saya banyak berharap namun tidak banyak menolong. Saya banyak menanti namun tidak banyak berjuang. Kesalahannya mungkin terletak pada pemikiran saya yang meneguhkan pandangan saya, bahwa kondisi mereka sudah seperti yang saya fikirkan. Tingkat kedewasaan mereka sudah seperti yang saya bayangkan. Padahal harapan tidaklah selalu sama dengan kenyataan.
Beberapa hari terakhir, hal ini yang terus saya fikirkan. Memilih bertahan di kota−yang penuh ke-indahan,kenangan−, atau pergi menjelajah wilayah-wilayah yang ingin saya jalani. Meninggalkan adik2 KTB saya−yang beberapa diantaranya masih perlu dibimbing− dan mencari pekerjaan dimanapun yang bisa menghasilkan duit untuk melanjutkan hidup.
Sampai tulisan ini ditulis, saya masih belum dapat memutuskan. Keinginan manusia saya adalah pergi melanjutkan kehidupan dengan pengalaman-pengalaman baru. Menerobos sisi kehidupan luar yang sesungguhnya (kata orang) penuh tantangan dan godaan. Akan tetapi, tidak tahu kenapa jauh di dalam hati saya ada isyarat bahwa belum sekarang waktunya. Masih ada tanggungjawab yang dulu saya iyakan pada-Nya yang masih harus saya selesaikan. Dan tidak tau karena apa−segala sesuatu tidak pernah terjadi secara kebetulan bukan?− di saat saya sedang digelisahkan dan diresahkan hal tersebut, buku di atas pun muncul dan mengingatkan saya. Buku pun dipakai Tuhan untuk menyatakan suara-Nya, semoga saya si manusia yang dicipta ini dapat taat dan peka....hehheee...;)

Senin, 05 April 2010

unek-unek tak jelas..saat sudah mulai letih bermain dengan si lepi


Satu persatu pergi,atau satu persatu aku tinggalkan?..
satu persatu meninggalkanku,atau satu persatu aku lupakan?
tapi tampaknya bukan alternatif terakhir..
karena aku tidak pernah melupakan, mengabaikan mungkin iya...):
Tapi sejujurnya aku tidak sengaja mengabaikan, hanya keadaan memaksaku untuk bertindak seperti itu..
Satu persatu akan diungkapkan..
akankah kita?, mereka?, kalian?...tidak ada yang tahu...
satu persatu akan dijawab seiring waktu..



ella sedang memikirkan orang-orang satu persatu,kesempatan satu persatu,kejadian yang dirunut satu persatu..^^




Gambar adik kecil di atas cukup menghibur...seraya dia berkata:
ka ella, fikirin satu persatu dengan santai tapi pasti..
nikmatilah masa2 pergumulanmu..*dia menunjukkan betapa hidup ini indah bersama musik??nah lo...hubungannya apa??;)
(hahahha...intrepretasi sendiri)...

Kamis, 25 Maret 2010

Menemukan Jawaban Melalui Tujuan


Entah dimana dirimu berada, hampa terasa hidupku tanpa dirimu..
Penggalan lirik lagu ini menemani saya melewati malam ini. Lagu ini semakin menyiratkan rasa sepi. Kosan yang sepi karena orang-orang sudah tidur, ditambah juga dengan hati saya yang terasa sepi (alahh..!!). Sepi yang berarti Sedang Pusing (Sedikit dipaksakan,hehehe). Ternyata tidak hanya otak yang pusing, hatipun dapat mengalami hal yang sama. Pusing saat tidak menemukan sesuatu yang mengisinya. Pusing saat diperhadapkan dengan keinginan dan kebutuhan. Pusing untuk hal-hal yang terlalu banyak diketahui (ataukah malah sebaliknya), sehingga tak tau harus berbuat apa.
Kalau lagu di atas ditujukkan untuk seseorang yang pernah mengisi hidup si penyanyi, maka saya pun menyamakannya dengan apa yang saya rasakan sekarang. Hanya saja bedanya, ini bukanlah tentang seseorang tapi sesuatu. Kalau lagu itu lebih menceritakan orang tercinta yang tak tau dimana, saya memiliki hal lain yang tidak tau bersebunyi dimana. Sesuatu ini membuat saya bingung dan terus mencari. Sesuatu ini membuat pikiran saya tak henti-hentinya hingar bingar. Sesuatu ini membuat mata saya sulut terpejam. Sesuatu tersebut mempengaruhi mood dan perhatian saya. Sesuatu yang mungkin dulu telah saya temukan namun perlahan pudar dan bercampur dengan tawaran-tawaran yang membuatnya kabur.
Bak si semut yang terputus dari iring-iringan sesamanya, saya pun merasakan hal yang sama. Serasa berada di jalan yang tidak tau harus dilanjutkan kemana. Ada pilihan untuk ke kanan,ke kiri atau ke depan. Pilihan yang tak memungkinkan saya pilih adalah berbalik atau berdiam. Kedua hal ini bukanlah pilihan yang bijak. Saya tau itu, semua orang yang melihat pun pasti tahu itu. Andai saya disuruh memiih mana yang benar dan salah, maka akan dengan sangat mudah tangan ini menunjuk dan kaki ini melangkah. Andai pilihan antara yang penting dan tidak penting maka akan dengan mudah menentukan yang dinomorsatukan dan yang dinomorduakan. Namun demikian, dalam kenyataanya pilihan-pilihan yang ada membuat saya bingung. Tawaran dari pilihan A membuat saya tergiur, tawaran dari pilihan B membuat saya tergoda, tawaran dari pilihan C tak ingin saya lepaskan. Belum lagi tawaran dari pilihan D,E,F dst (Sesungguhnya pilihan-pilihan yang tersedia tidaklah sebanyak ini..;D). .
Apa yang anda lakukan saat bingung dan diperhadapkan dengan sejuta pilihan (sekali lagi pilihannya tidaklah sebanyak ini..), lari ?membutuhkan penasehat? Atau memilih berdasarkan perasaan?atau berdiam?. Berdiam mengambil waktu sejenak. Berdiam menenangkan pikiran yang dipenuhi sejuta pertimbangan. Berdiam memulihkan hati dan mengarahkannya pada hal yang pasti.
Berdiam menjadi pilihan yang tepat, karena pilihan-pilihan lainnya hanya membuat saya semakin hilang arah.Berdiam dan mencari tahu sesuatu itu. Mencari tahu apa alasan dibalik dari saya mengerjakan A, B, C, D dst. Berdiam dan bertanya kepada hati yang sepi mengajaknya untuk menemukan suara hati. Berdiam dan menenangkan pikiran yang hingar bingar dipenuhi hal-hal yang menjadi pertimbangan.
Tujuan, ya itulah jawabanya. Apa tujuan dari semua ini. Apa yang ingin saya capai di kala memilih. Tujuanlah yang akan menjadi penggerak untuk melakukan langkah selanjutnya. Jika tujuan anda ke Jakarta naikilah bis yang menuju Jakarta bukan yang ke Bogor. Tujuan yang jelas dan pasti akan menghantar anda mencapai kebahagian sejati.
Malam ini saya diingatkan kembali untuk mencari tahu tujuan dari semua yang sedang dan akan saya jalani. Menemukan tujuan yang jelas untuk akhirnya dapat meneruskan langkah dan arah. Menemukan tujuan yang pasti untuk akhirnya hati dan logikapun dapat kompromi. Tujuan mau kemana saya selanjutnya dan apa yang saya harapkan setibanya disana?

** Tujuan yang jelas akan menuntunmu melewati bukit kesulitan, lembah ketakutan, gunung tantangan.
**Tujuan yang jelas akan memberimu kekuatan, keberanian, dan keinginan yang kuat
**Tujuan yang jelas akan menghapus segala kebimbangan dan mengabaikan pertimbangan-pertimbangan yang tidak perlu diperhitungkan...


Tiba-tiba terngiang petikan lagu berikut..
Mau di bawa kemana hubungan ini??hahhaha...mari menemukan tujuan, baru melanjutkan langkah..

Ella yang sedang mumet dan ingin menyelidiki ulang tujuannya didatangkan ke dunia..

Nasionalisme : Meninggalkan Jasa Tanpa Harus Membawa Nama

Siapa yang tidak pernah mendengar nama Soekarno, Mohammad Hatta Soetomo atau Ki Hajar Dewantara? Nama-nama tersebut tidaklah asing lagi di telinga kita. Di sekolah kita sering mendengar nama mereka dalam pelajaran sejarah. Mereka adalah orang-orang penting yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan. Mereka adalah para pemipin Kita semua mengetahui hal itu. Namun, apakah hanya tokoh-tokoh yang dikenang bangsa sepanjang zaman itu yang berjuang untuk kemerdekaan? Tentu tidak. Ada banyak orang lain yang tak terhitung jumlahnya,yang namanya tidak pernah disebutkan dalam pelajaran sejarah. Mereka adalah para pahlawan yang tak dikenal
Jumlah mereka tidak sedikit. Berpuluh-puluh, beratus-ratus bahkan beribu-ribu yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun satu hal yang menjadi persamaan mereka dengan tokoh-tokoh besar di atas adalah semangat juang yang dimiliki. Mereka memiliki kesadaran yang sama untuk kepentingan bangsanya. Bayangan Indonesia merdeka menjadi mimpi mereka setiap saat. Kerinduan untuk mewujudnyatakannya menjadi pemikiran mereka setiap waktu. Rasa benci terhadap penjajahan, rasa kasihan terhadap rakyat yang ditindas, rasa sayang terhadap bangsanya menjadi api yang membakar semangat mereka. Dengan semangat itu mereka bangkit menentang dan mengusir para parasit yang menggerogoti kekayaan bangsa.
Semangat itu menghangatkan tubuh mereka saat malam-malam dan pagi-pagi melawan penjajah. Semangat itu menjadi sumber kekuatan saat rasa lapar menghampiri mereka di medan perang. Semangat itu menjadi penghibur saat rasa rindu terhadap keluarga tak dapat disampaikan karena sedang berperang. Semangat itu menggerakkan mereka untuk menerobos ketakutan, untuk menghilangkan perbudakan di negerinya sendiri.
Perjuangan butuh pengorbanan. Taruhan nyawa bukan masalah bagi mereka. “Asal bangsaku merdeka”, itu yang ada dipikiran mereka ketika berperang. Salah satu hal yang paling berharga bagi manusia rela mereka korbankan. Nyawa. Mereka memliki prinsip dari pada hidup dalam cengkraman penjajah lebih baik mati melawan penjajah.
Sungguh semangat yang tak dapat dilupakan! Sungguh suatu pengorbanan yang tak ternilai! Sungguh suatu perjuangan yang tak sia-sia! Perjuangan itu pun membuahkan hasil. Kemerdekaan sudah tampak di depan mata. Tujuh belas Agustus 1945 adalah buah perjuangan mereka. Beratus-ratus tahun berjuang dari generasi ke generasi akhirnya tercapai juga. Bagi mereka yang berjuang pada detik-detik kemerdekaan, adalah sebuah kehormatan saat mereka bisa mendengarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan. Terharu, gembira, bebas, merdeka mewarnai hati dan perasaan mereka. Saat Bendera Merah Putih dikibarkan dan lagu Indonesia Raya dilantunkan,” Indonesia Raya merdeka merdeka” terus bergema di dalam jiwa mereka. Kematian di medan perang menjadi akhir dari tubuh fisik namun bukan akhir dari semangat mereka. Semangat itu kekal sampai saat ini. Semangat itu tampak pada kebebasan Indonesia yang kita miliki sekarang ini.

Merebut kemerdekaan bangsa adalah bagian mereka, namun mengisi dan memelihara bangsa menjadi bagian kita. Di bawah tekanan penjajah tidak melumpuhkan keberanian mereka, seyogyanya di dalam kebebasan menghidupkan semangat juang kita. Kalau dulu mereka menagis melihat bangsanya dijajah, menangiskah kita melihat permasalahan bangsa ini? Di dalam tangis mereka berjuang, apakah di dalam tangis kita mau memberi diri?
Kalau mereka diminta mengemukakan harapan di akhir hidupnya, mungkin isinya berupa seruan untuk melanjutkan perjuangan mereka. Seruan supaya kita, para pahlawan muda, meneruskan pembangunan bangsa. Merebut kemerdekaan menjadikan mereka pahlawan (meski tak dikenal), memberikan diri membangun bangsa akan menjadikan kita pahlawan pembangunan (yang mungkin juga tak dikenal).
Para pahlawan tak dikenal itu melakukan bagiannya dengan baik. Mereka memberikan dirinya dengan apa yang ada padanya. Mereka tidak meninggalkan nama yang dikenal orang banyak , namun mengajarkan semangat yang kekal. Semangat itu diharapkan mengalir dalam diri generasi penerusnya. Semangat itu telah memampukan mereka menerobos dan melawan penjajah. Bayangkan, jika semangat seperti itu mengisi jiwa saya, jiwa anda, jiwa kita semua. ” Penjajah-penjajah moderen” yang menggerogoti bangsa inipun akan mampu diusir. kita akan dihantar ke gerbang kehidupan berbangsa yang lebih baik, lebih sejahtera dan lebih berbahagia.

Senin, 08 Maret 2010

Keutuhan Berbahasa di Lingkungan Banyak Bahasa

Membahas Indonesia dengan segala kekayaan potensi yang dimiliki tidak akan pernah ada habisnya. Mulai dari kekayaan alam, kekayaan budaya, termasuk dalam hal ini kekayaan bahasa. Banyaknya bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia adalah salah satu kekayaan Indonesia. Setiap daerah menggunakannya sebagai bahasa pengantar mereka. Penggunaan bahasa daerah ini hanya dapat dimengerti oleh sesama mereka, sehingga diperlukan satu bahasa yang dapat mempersatukan setiap orang dari setiap daerah yang berbeda-beda. Oleh karena itu, berdasarkan kesepakatan bersama ditetapkanlah bahasa Melayu-Riau sebagai bahasa pemersatu yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia. Pernyataan ini digagasi oleh sekelompok anak muda yang merindukan terwujudnya persatuan Indonesia. Sumpah Pemuda menjadi bukti sejarah untuk pertama kalinya bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa Nasional, bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi, bahasa yang menjadi cirri khas seluruh orang Indonesia
Perjalanan panjang sudah ditempuh sejak Bahasa Indonesia diikrarkan dan disahkan sebagai bahasa persatuan. Bahasa Indonesia dinyatakan saat memulai perjuangan untuk memasuki kemerdekaan bangsa, sedangkan saat ini bahasa Indonesia sudah dipergunakan dan masuk ke dalam era globalisasi/kesejagatan. Era kesejagatan menghantar bahasa Indonesia mejadi bahasa yang dipertanyakan apakah bahasa yang digunakan masih merupakan bahasa khas Indonesia ataukah sudah memiliki embel-embel tambahan. Penggunaan bahasa Inggris menjadi bahasa Internasional, secara tidak langsung menganaktirikan bahasa Indonesia bahkan oleh orang Indonesia sendiri. Hal ini dapat terlihat dari contoh-contoh kecil yang terdapat dilingkungan masyarakat. Sejak kecil orangtua memilih mengeluarkan uang untuk memberikan anaknya les bahasa Inggris, sedang bahasa Indonesia tidak diajarkan dengan baik. Contoh lainnya para pelajar akan lebih serius belajar bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Mereka beranggapan belajar bahasa Indonesia lebih mudah daripada bahasa Inggris. Pemahaman seperti ini semakin mengecilkan nilai dari bahasa Indonesia itu sendiri. Alhasil, saat ini kita melihat bahasa Indonesiapun seperti kehilangan kata-kata tertentu. Bahasa Indonesia mengalami pencampuradukan dengan bahasa lain. Penggunaan kata-kata yang kebarat-baratan sering ditemui di tengah-tengah masyarakat. Kalau bahasa menunjukkan jati diri bangsa, maka apakah penggunaan bahasa yang demikian menunjukkan jati diri orang Indonesia?
Perdagangan bebas di Indonesia akan benar-benar dilaksanakan pada tahun 2010. Pencampuran bahasa akan semakin terasa di lingkungan kita. Banyak orang yang akan datang dari negara lain bekerja di Indonesia. Pada awalnya mungkin akan membawa bahasa Internasional¬¬−dalam hal ini Bahasa Inggris−, namun mungkin saja nantinya bahasa mereka sendiri akan mengisi percakapan kita sehari-hari. Hal ini dikerenakan mereka melihat ketidakutuhan masyarakat Indonesia sendiri dalam berbahasa.
Oleh karena itu, menanti waktu yang tinggal sebentar lagi, mari kita cegah mulai saat ini. Pribahasa yang berbunyi “di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung” sebaiknya benar-benar diterapkan di seluruh lingkungan Indonesia. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti: pertama, untuk pemerintah bisa menetapkan aturan dalam lingkungan kantor menggunakan Bahasa Indonesia, baik di swasta maupun negeri. Lingkungan pendidikan, mahasiswa luar negeri di wajibkan menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapan mereka sehari-hari. Untuk para pendidik dan orangtua mengajari anak berbahasa Indonesia dengan benar khususnya di lingkungan sekolah. Untuk para anak muda yang merasa lebih “keren” jika menggunakan bahasa gaul dan bercampur bahasa Inggris mari menghentikan pandangan tersebut. Kita akan tampak lebih keren jika berbahasa dengan utuh. Ketika percakapan itu membutuhkan bahasa Inggris gunakan Bahasa Inggris namun jika Bahasa Indonesia berbahasalah dengan tepat dan utuh.
Sehingga nanti saat perdagangan bebas sudah benar-benar di depan mata, saat bahasa sudah beranekaragam di telinga, saat banyak kata yang berbeda keluar dari mulut keutuhan Bahasa Indonesia tetap terjaga. Bahasa Indonesia tetap menunjukkan jati diri Bangsa Indonesia, di dalam keberagaman namun tetap menjadi simbol persatuan