Rabu, 21 April 2010

Bukupun dipakai Tuhan *Judul yang Tanggung*=)

Sebenarnya niat awal adalah menulis artikel buat suatu lomba yang akan saya ikuti−deadline atau waktu temponya adalah besok−,tapi ntah kenapa sampai tulisan ini diterbitkan (alahh..!!), belum ada satu ide pun yang bercokol di otak ini. Daripada-daripada lebih baik lebih baik, nah lo maksudnya apa??hehhee...
Akhirnya saya memutuskan untuk mengerjakan yang lain, membongkar kotak buku saya yang lama tidak disentuh. Dasar Ella malas(atau pelupa??) ternyata ada beberapa buku yang belum saya baca. Huuu, padalah satu bulan terakhir ini, kerjaan saya hanya bangun,makan, ngenet, baca, nonton, tidur, terus besoknya sama lagi deh ;-)..hahaa. tiga puluh hari dengan kesantaian tersebut menyadarkan saya, tidak selamanya santai itu menyenangkan, yang ada malah membosankan..huhuhu...aku mau kerja! Aku mau kerja! ;-( tiba-tiba teringat pesan banyak orang, “nikmati aja dulu masa-masa seperti ini,nanti kalau udah kerja tidak akan mudah mengatur waktu seperti yang kita suka. Pengen baca tapi ada kerjaan yang harus diselesaikan, pengen nonton tapi ada rapat yang harus dihadiri, pengen tidur tapi ada tugas tambahan dari si boss dll dll)..
Kembali ke acara bongkar-bongkar buku, saya menemukan satu buku pemberian seseorang. Buku tipis yang isinya tidak sampai seratus halaman. Buku ringan namun menyuguhkan makna yang berkesan. Buku yang berisi catatan pengalaman beberapa orang dalam tugas penggembalaan yang sedang mereka emban. Judul bukunya adalah (tarrraaaa!!! Hahaha...). “ Secangkin bandrek untuk Pemimpin Kelompok Kecil”. Entah apa alasan pemilihan bandrek sebagai penguat brand dari isi buku ini. Bandrek adalah sejenis minuman yang enak dinikmati jika disuguhkan saat cuaca dingin tak bersahabat. Bandrek memberikan kesegaran bagi penikmatnya. Menghangatkan tubuh, menghilangkan masuk angin (benar ngga sih??), menghilangkan dahaga, pokoknya baik buat kesehatan..hehehe
Saya berspekulasi sendiri dengan pemilihan bandrek yang disandingkan dengan PKK.Sang Editor (pemberi judul buku) mungkin berharap pembacanya (yang merupakan pemipin kelompok kecil), memperoleh kehangatan−rasa ‘nyaman’ untuk peran PKK seperti yang dialami oleh para penutur−,memperoleh kekuatan−dukungan dari sesama PKK untuk beratnya tanggungjawab yang diemban−, memperoleh kesehatan−untuk semangat PKK yang mulai sakit−dan memberikan penenguhan bahwa menjadi PKK adalah menjadi pelayan yang melakukan hal kecil namun memberikan kontribusi besar bagi Dia.
Membaca kisah-kisah perjalanan PKK di buku ini mengajak saya untuk menyelidiki bagaimana perjalanan saya sendiri. Indah memang ketika melihat perjuangan orang lain dan berakhir bahagia ketika akhirnya adik-adik yang dipercayakan padanya bertumbuh. Dan sebaliknya,miris ketika melihat bahwa saya belum melakukan sebaik yang mereka lakukan. Lima orang Tuhan percayakan,namun sampai saat ini saya belum merasa melakukan yang terbaik. Masih belum memahami karakter mereka satu persatu, masih sering mengabaikan saat mereka membutuhkan, bahkan terlalu memaksakan beberapa diantara mereka dewasa seperti yang saya harapkan. Akan tetapi saya menyadari, tapaknya saya banyak berharap namun tidak banyak menolong. Saya banyak menanti namun tidak banyak berjuang. Kesalahannya mungkin terletak pada pemikiran saya yang meneguhkan pandangan saya, bahwa kondisi mereka sudah seperti yang saya fikirkan. Tingkat kedewasaan mereka sudah seperti yang saya bayangkan. Padahal harapan tidaklah selalu sama dengan kenyataan.
Beberapa hari terakhir, hal ini yang terus saya fikirkan. Memilih bertahan di kota−yang penuh ke-indahan,kenangan−, atau pergi menjelajah wilayah-wilayah yang ingin saya jalani. Meninggalkan adik2 KTB saya−yang beberapa diantaranya masih perlu dibimbing− dan mencari pekerjaan dimanapun yang bisa menghasilkan duit untuk melanjutkan hidup.
Sampai tulisan ini ditulis, saya masih belum dapat memutuskan. Keinginan manusia saya adalah pergi melanjutkan kehidupan dengan pengalaman-pengalaman baru. Menerobos sisi kehidupan luar yang sesungguhnya (kata orang) penuh tantangan dan godaan. Akan tetapi, tidak tahu kenapa jauh di dalam hati saya ada isyarat bahwa belum sekarang waktunya. Masih ada tanggungjawab yang dulu saya iyakan pada-Nya yang masih harus saya selesaikan. Dan tidak tau karena apa−segala sesuatu tidak pernah terjadi secara kebetulan bukan?− di saat saya sedang digelisahkan dan diresahkan hal tersebut, buku di atas pun muncul dan mengingatkan saya. Buku pun dipakai Tuhan untuk menyatakan suara-Nya, semoga saya si manusia yang dicipta ini dapat taat dan peka....hehheee...;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar