Senin, 24 Mei 2010

Pelajaran lewat Pengalaman bersama Mesin Berjalan

Aktivitas yang mengisi hari-hari saya belakangan ini adalah naik turun angkot. Kemana-mana selalu menggunakan angkot. Walaupun hanya ongkos seribu tetap naik angkot apalagi dua ribu harus naik angkot (karena jaraknya sudah cukup jauh),hehehe. Dulu, waktu masih tiggal di daerah pelosok Bandung , di Jatinangor, jasa angkot tidak terlalu sering saya gunakan. Kaki ini lebih memilih bergerak daripada duduk diam di atas mesin berjalan itu. Alasan lainnya karena jarak tujuan yang harus saya tempuh tidaklah begitu jauh. Hanya dalam hitungan 5-10 menit, maka saya bisa tiba di tempat tujuan. Jasa dan tenaga angkot akan dipilih jika tubuh ini sedang “manja”, dan malas memfungsikan kaki sebagaimana mestinya. Jika sudah pada kondisi ini maka angkot2 akan bersukacita (hooeekkk;p), karena saya menompang sejenak dan dia mengantar saya ke tempat tujuan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya,hahaha. Berhubung sekarang saya tinggal di ibu kota propinsi dan sedihnya tempat tinggal saya cukup berjarak dengan tempat main saya (hahaa, gaya..), maka angkot akan menjadi sarana penghubung dan pengantar saya. Waktu yang saya butuhkan tidaklah menentu. Kemacetan dan ketidakaturan beberapa pengguna jalan raya sering memperlama waktu yang sesungguhnya untuk mencapai tempat tujuan saya. Nah, selama diangkot inilah banyak hal yang saya pelajari. Banyak sisi kehidupan yang saya dapat lewat perjalanan dengan angkot.

Salah satu yang saya dapati adalah berikut ini. Ketika lampu merah, yang merupakan komando bagi si bos angkot untuk menghentikan rekan kerjanya. Pada situasi seperti ini tahukah kalian siapa yang akan menyerbu angkot yang saya tumpangi? seperti semut yang langsung menghampiri gula demikian jugalah para pengamen di sekitar lampu merah memandang manis kepada angkot (haha, penumpang-pen). Entah itu waktu panas atau lagi hujan, jarang mereka melewatkan angkot-angkot yang berhenti. Menyanyikan satu lagu (atau kadang tidak selesai karena sudah keburu lampu hijau), lalu mengedarkan ‘kantong’ sebagai wadah penghargaan terhadap lagu yang mereka dendangkan. Terkadang ada penumpang yang memberi namun sering juga kantong itu tetap kosong kembali ke tangan pemiliknya. Begitulah sering salah satu hal yang saya lihat. Angkot melaju dan para pengamen kembali ke tempat peristirahatannya dan menunggu lampu merah selanjutnya. Terlepas motif si pengamen malas bekerja, atau tidak tau harus kerja apa satu hal yang saya pelajari dari mereka adalah sebuah perjuangan. Saya tidak tahu mungkin mereka mengeluh ketika hari sangat panas atau ketika hujan, namun keluhan itu tak menghambat mereka untuk tetap bekerja. Angkot yang berhenti tidak mereka lewatkan begitu saja. Hal yang saya lihat dari kejadian tersebut adalah sebuah usaha terus menerus dan bekerja keras. Pernah suatu ketika, saya sedikit menyerah dengan tantangan hidup yang sedang mendera saya(jiaahhh,sedih amat bahasannya,hehee). Sedikit memberontak dan kehilangan semangat untuk berusaha. Merasa letih dan ingin lari dari kesulitan hidup tersebut (haahh, semakin lebaii pendeskripsiannya). Ketika diangkot lah saya diingatkan kembali. Ketika melihat para pengamen itulah saya ditegor. Ah, bukankah aku lebih beruntung dari mereka?bukankah hidupku lebih baik dari mereka?namun ternyata mungkin saat itu daya juang yang ku miliki tidak setangguh daya juang mereka;-(. Dan melihat para pengamen tersebut saya rasa Tuhan berbicara dan menguatkan saya. Kalau para pengamen itu dapat terus berjuang, kenapa saya harus menyerah?. Mereka berjuang untuk mendapatkan uang atau berjuang untuk dapat mempertahankan hidup. Saya berjuang untuk sesuatu yang juga tentang sisi kehidupan yang harus saya lewati. Lalu apa bedannya? (membayangkan diri saya, dengan kedua tangan di pinggang dan mata melotot, berkata,’lalu apa bedannya?’. Waduhhh seram amat,,hehhehe.)

Saat itu juga, satu sisi dalam diri saya berkata,’ Para pengamen itu entah mereka sudah letih atau tidak tetap saja menyanyi, lalu kenapa dirimu sudah ingin berhenti saat kau merasa kelelahan?. Tidak tau apakah mereka punya pengharapan atau tidak, namun bukankah dirimu memiliki Sumber Pengharapan dan Kekuatan yang menjadi tempat pengaduanmu?. Jangan pernah menyerah La, karena kau diciptakan bukan untuk menyerah namun terus berjuang. Karena kekuatan tidak akan pernah hilang dari orang-orang yang terus memiliki pengharapan. Dan seketika itu juga huuzzzzzttt..sebongkah kekuatan menyelinap masuk merasuki jiwa saya. Menggerakkan sendi-sendi semangat dalam diri saya untuk kembali melanjutkan perjuangan yang sempat istirahat. Dan sayapun berspekulasi sendiri. Dengan berpijak pada pengertian “tidak ada yang kebetulan”, maka tidak kebetulan juga kalau saya harus sering naik turun angkot menempuh perjalanan menuju tempat tujuan. Lewat keberadaan saya diangkot, saya boleh belajar akan semangat juang dari para pengamen tersebut. Coba kalau saya bisa jalan kaki, mungkin saya tidak akan melihat dan menikmati aksi panggung para pengamen dalam menghibur penompang di angkot, mesin berjalan itu. Hehehe...Dan saya tidak akan kepikiran akan daya juang para pengamen tersebut. ;)

**Masih banyak kisah dan cerita yang saya dapati dan lalu di “mesin berjalan” itu, nantikan penuturan saya selanjutnya..ehheheehee...

**Ada pelajaran yang tersirat dan mungkin tersurat dari setiap hal yang kita lihat, alami, lewati. Hanya dibutuhkan sedikit kepekaan untuk melihatnya lebih seksama dan menemukan makna di balik semuanya....

(Nothing to Loose-nya MLTR menemani saya mengakhiri tulisan ini,hehehe^^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar