Kamis, 06 Mei 2010

Sri Mulyani-Srikandi Indonesia

Sri Mulyani akan bekerja di Bank Dunia yang akan dimulai sejak tanggal 1 Juni. Pemberitaan tentang hal ini heboh di media massa, media elektronik dan juga jejaring sosial. Salah satu jejaring sosial menyatakan ‘pindah kerja’ ibu tersebut menjadi topik yang paling banyak dibicarakan. Banyak yang menyatakan rasa kehilangan, sebagian mendukung, sebagian berkata hebat, yang lain menyatakan selamat. Ada yang (merasa) kehilangan, ada pula yang (mungkin) senang akan hal ini. saya tidak ingin membahas “mereka”−orang-orang yang merasa terganggu dengan kinerja, kebijakan, dan sistem kerja Sri Mulyani, −tapi saya ingin mengatakan bahwa saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang merasa kehilangan. Bagi saya Sri Mulyani adalah salah satu wanita hebat Indonesia. Banyak prestasi yang sudah beliau ukir. Sebut saja di tahun 2006 mendapat penghargaan sebagai menteri Keuangan terbaik. Kemudian kiprahnya di dunia Internasional yang merupakan wanita Indonesia pertama yang menjabat sebagai Executive Director Dana moneter Internasional (IMF) dll dll. Dan bukankah karena prestasi sehingga Beliau diminta untuk bekerja di bank Dunia?

Salah seorang teman saya (yang merupakan bawahannya di Depkeu), menyatakan kagum atas kepemipinan beliau. Tegas, cerdas, lugas, Dan saya yang walaupun belum pernah melihat langsung bagaimana beliau memimpin menyatakan setuju dengan pendapat teman saya. Melihat setiap kata-kata yang dikeluarkan saat harus meghadapi wartawan. Tidak banyak bicara namun setiap hal yang Beliau ucapkan tidak sia-sia. Terpancar kecerdasaan dari setiap tutur yang Beliau keluarkan. Tampak tidak ada kebimbangan saat harus mempertanggungjawabkan setiap hal yang Beliau kerjakan.

Sri Mulyani adalah sosok wanita yang multi talenta, berintegritas dan berkepribadian tangguh. Beberapa masalah sudah dialaminya ketika menjadi pejabat di negara ini. Sebut saja kasus Lapindo−ketidaksetujuannya dana APBN digunakan sebagai ganti rugi, karena hal tersebut adalah tanggungjawab ‘pemilik’ penyebab lupur tersebut, kasus dengan beberapa pengusaha batu bara dan kasus-kasus lainnya. Pernah ketika dia dimintai keterangan oleh para (yang katannya) wakil rayat dia menjawab dengan berani dan tidak ada sedikit kecanggunan di sana.

Lalu jika dilihat dari kiprahnya sebagai seorang ibu, menurut hasil wawancara dengan Intisari edisi Sptembet 2009 tetap saja diamengagumkan bagi saya. Menurut pengakuannya, Beliau akan menyediakan waktu kapan saja ketika anak-anak sedang membutuhkannya. Pendidikan menjadi nomor satu tapi bukan berarti pendidikan miliki Indonesia tidak diliriknya. Anak-anaknya dimasukkan ke sekolah-sekolah local bukan internasional. Hal ini bertujuan agar anaknya bergaul dengan orang Indonesia karena mereka adalah orang Indonesia bukan orang kuar negeri (sebelumnya mereka tinggal di Amerika).

Contoh lainnya adalah Beliau mengajarkan anak-anaknya untuk menjadi warga negara yang mencintai negara. Wah, bukankah itu suatu didikan yang menunjukkan rasa hormat terhadap negaranya. Jarang saya temui orangtua yang sejak kecil mengajarkan dan menanamkan rasa cinta yang besar terhadap negaranya. Lalu saya juga pernah melihat acara Dialog beliau di salah satu Tv swasta nasional. Sungguh hal tersebut menambah kekaguman saya pada beliau. Anak-anaknya tumbuh dengan baik (paling tidak itu yang dapat saya tangkap dari kebersamaan di acara tersebut), suaminya mendukung penuh setiap karier dan tindakan beliau. Alhasil sampai saat ini rumah tangganya merupakan tempat yang penuh kenikmatan. Huaa, hebat sekali bukan. Wanita multitasking yang piawai dalam bernyanyi, melukis, menjahit apalagi pengetahuan tentang ekonomi, jangan ditanyakan lagi.

Ah, sedih rasanya ketika melihat wanita hebat ini memberikan ilmunya untuk instasi yang disebut ‘World Bank’ itu. Padahal tenaga, pemikiran, keputusan, kebijakan darinya masih sangat diperlukan negara ini. Beberapa orang berpendapat keputusan beliau untuk bergabung dan meninggalkan ‘pasukannya’ di Indonesia adalah karena beratnya tekanan politik yang dialami. Tekanan dari orang-orang yang mungkin lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada bangsa ini.

Meskipun demikian, di balik rasa sedih tersebut, terselip juga rasa bangga. Beliau diminta langsung oleh Pemimpin World Bank, Robert Zoellick. Robert menyatakan bahwa kinerja Sri Mulyani di sektor ekonomi sangat baik dan berprestasi. Menurutnya, Sry Mulyani mampu membawa Indonesia melewati krisis global yang menghantam hampir seluruh negara di dunia. Kepiawaiannya dalam membuat kebijakan mendatangkan iklim yang positif bagi perekonomian Indonesia maupun global (meski pengaruhnya tidak dalam porsi yang besar). Huh, mengapa orang dari ‘luar sana’ dapat melihat kehebatan beliau sedangkan ‘sesama’ yang katanya berjuang untuk Indonesia tidak membuka matanya lebar-lebar untuk hal ini. Siapa yang salah disini. Orang Indonesia yang buta atau pihak luar yang salah lihat?.

Beberapa dekade sudah banyak hal yang Beliau lakukan. Banyak “kado” yang sudah Beliau hadiahkan untuk bangsa ini secara umum dan untuk bosnya secara khusus. Prestasi-prestasi yang pernah ditorehkannya ketika melayani di negeri ini dapat dilihat di sini. Alasan jelasnya mengapa beliau memilih untuk bergabung dengan Bank Dunia, hanya diketahui oleh beliau. Setiap orang hanya dapat menebak dan menerka-nerka. Berharap ketika sudah bekerja di World Bank sana beliau tetap memberikan sumbangsihnya buat Indonesia. Setiap pemikiran, masukan, dan pengetahuannya pasti masih sangat diperlukan bangsa ini. Bangsa yang masih membutuhkan Sri Mulyani, Sri Mulyani lainnya. Teriring pesan buat beliau (walaupun mungkin tak pernah diketahuinya,hehhe) selamat berjuang Bu!! Selamat menjelajah dan berkiprah di dunia Internasional. Berkarya dan berbuat sebaik-baiknya untuk dunia yang lebih baik.

*sehebat-hebatnya manusia tetaplah dia manusia yang pernah berbuat salah.Bukankah manusia dapat beajar banyak dari kesalahan?Namun terkadang sesama lebih mampu menelanjangi kesalahan orang lain dan menghukumnya daripada menyadari kesalahannya sendiri...*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar