Senin, 10 Mei 2010

Pertemuan dengan Dokter

Beberapa hari bertahan (dan melawan), akhirnya saya menyerah juga. Tubuh ini ternyata tidak sekuat bayangan saya, eh,eh salah,tubuh saya tidak sekuat yang saya bayangkan. Hum, tubuh si gadis dewasa ini ternyata tidak sekuat tubuhnya tatkala remaja. Ya, akhirnya hari ini saya pergi bertemu dengan dia/mereka yang berbaju putih. Mereka yang sering menjadi tempat cerita orang-orang yang(sedang) segolongan dengan saya. Orang yang sakit fisik( haha,mau bilang ketemu dokter aja ribet amat^^hehe).

Sedari dulu saya paling tidak suka kalau harus mengunjungi mereka. Bukan karena punya pengalaman buruk, atau karena wajah-wajahnya yang menyeramkan (beberapa banyak yang cakep kok;-)hahaayyy ), atau karena takut dengan jarum suntik dan darah (seperti beberapa orang). Alasan yang sebenarnya semata-mata karena saya malas dan beranggapan bahwa saya akan sembuh tanpa bantuan dokter. Dulu kalau saya sakit ringan (batuk,flu,pilek, demam-tinggi-sedang-rendah) saya hanya butuh perawatan penuh kasih dari mama tersayang ditambah tegukan si air putih yang tak terhitung jumlahnya. Dan tak lupa juga istirahat yang banyak. Jika tingkat sakitnya sedikit lebih parah, saya mengalah dan mau bekerjasama dengan pil-pil dan sejenisnya untuk membasmi si biang kerok. Hal ini benar-benar terjadi kalau saya sudah sadar bahwa tubuh saya membutuhkan senjata tambahan berupa sekelompok obat tersebut. Dan, utungnya mamaku bekerja di salah satu pusat pelayanan kesehatan yang mengerti tentang obat-obatan. Dengan demikian obat dari dokter akan sampai ke tangan saya tanpa harus bertemu dengannya.

Kondisi di atas sudah beda dengan sekarang ;-(. Sekarang saya tidak lagi tinggal bersama orang tua. Jauh dari orangtua dan menjadi penghuni salah satu kosan di kota saya menimba ilmu dan mengadu nasib. Jadilah saya harus mandiri dan mengurus diri sendiri. Mau makan cari sendiri, mau nyuci cuci sendiri, sakit-berobat sendiri. ahayyy,kayak lagu dangdut,hehehe. Semua harus saya kerjakan sendiri . Tidak bisa lagi seperti dulu,hanya melalui mama. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus menghadap si dokter dan bercerita tentang sakit yang saya alami. Pilihan ini harus segera dilaksanakan, kalau mau sembuh secepatnya (*saya berkata demikian kepada diri sendiri untuk melawan rasa malas/enggan berkunjung ke dokter).

Tadi malam sebelum tidur, saya sempat menjelajah dunia perinternetan (*hum bahasa Indonesia browsing apa ya??). Nah, berdasarkan pencarian tersebut, saya jadi dihinggapi rasa takut. Sakit yang saya derita, dinyatakan gejala dari penyakit yang gawat. Sakit parah yang pengobatannya susah. Huaa, sontak saya jadi bingung dan cemas. Waduh,kalau itu benar, berarti saya harus istirahat untuk waktu yang lama, saya tidak bisa main kemana-mana, saya harus pulang sehingga ada yang ngerawat, *duhduhduhduhduh, saya panik parah dengan mimik yang jauh dari wajah sumringah*.

Di tengah-tengah kepanikan tersebut, akhirnya saya menenangkan diri seraya berkata all iz well,all iz well mencontek dari film yang baru (lagi) saya tonton. Tapi kepanikan saya tidak berubah juga. Dan saya tau hal apa yang harus saya lakukan untuk mengalahkan si panik ini. Mengambil waktu sejenak dan berserah pada-Nya. Hal yang membuat saya tenang dan dengan mudah mengantar saya tidur. Meninggalkan kepanikan yang belum tentu kebenarannya itu.

Siang tadi, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Deg-degan, keringat dingin, takut, gemetaran tidak saya alami,hahhaa. Saya merasa biasa-biasa saja saat akan bertemu dengan si dokter. Selintas terbersit ketakutan saya tadi malam, tapi secepat kilat saya mengibaskannya dari memori.ah,itu hanya pikiran saya saja yang terlalu jauh. Sang dokterpun mulai melakukan tugasnya, cek sana-cek sini, tanya ini-tanya itu, bilang apa-bilang api (lho??)hahha. Dan dengan entengnya dia berkata,” kamu sakit karena kecapean dan cuaca yang tidak baik, batuknya karena kamu suka makan gorengan. Untuk sementara jangan makan gorengan,minum es dan makan mie dulu ya’, tambahnya. Dalam hati saya berkata,”hah!, Cuma sakit seperti itu ternyata!”. Tapi untuk memastikan saya bertanya kepada si dokter,”berarti sakitnya hanya karena itu ya dok?bukan karena sakit yang lain-lain?”Tanya saya dengan penuh rasa ingin tahu. Dan dengan santai si dokter itu mengangguk, mengiyakan pertanyaan pertama saya.Lega.

Diperlajanan pulang dari rumah sakit hal yang terbersit dalam fikiran saya adalah, kenapa saya memperlama waktu berobat? Menyesal karena tidak cepat langsung berobat, pasti sembuhnya pun lebih cepat dibanding dengan sakit yang sudah saya alami berhari-hari. Dan jawabannya adalah karena saya menghindar. Menghindar untuk bertemu dokter. Menghindar dari ketakutakan untuk sesuatu penyakit yang saya bayangkan. Padahal yang terjadi tidaklah serumit yang saya bayangkan. Padalah justru setelah bertemu dokter saya jadi diyakinkan bahwa sakit saya hanya sakit biasa. Bahwa apa yang saya takutkan hanyalah ketakutan yang tidak beralasan.

Pelajaran hari ini: jangan pernah menghindar untuk sesuatu yang harus anda hadapi. Mau tidak mau,suka tidak suka, hal yang membuatmu malas/menghalangi langkah anda haruslah tetap dihadapi. Jadi kenapa harus memilih menghindar? Cepat atau lambat,mana yang anda pilih?mengutip motto seorang politikus”lebih cepat lebih baik” merupakan pilihan yang bijak dalam menghadapi sesuatu hal yang sedang anda hindari.

Salam sehat dan tetap jaga kesehatan^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar