Kamis, 25 Maret 2010

Nasionalisme : Meninggalkan Jasa Tanpa Harus Membawa Nama

Siapa yang tidak pernah mendengar nama Soekarno, Mohammad Hatta Soetomo atau Ki Hajar Dewantara? Nama-nama tersebut tidaklah asing lagi di telinga kita. Di sekolah kita sering mendengar nama mereka dalam pelajaran sejarah. Mereka adalah orang-orang penting yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan. Mereka adalah para pemipin Kita semua mengetahui hal itu. Namun, apakah hanya tokoh-tokoh yang dikenang bangsa sepanjang zaman itu yang berjuang untuk kemerdekaan? Tentu tidak. Ada banyak orang lain yang tak terhitung jumlahnya,yang namanya tidak pernah disebutkan dalam pelajaran sejarah. Mereka adalah para pahlawan yang tak dikenal
Jumlah mereka tidak sedikit. Berpuluh-puluh, beratus-ratus bahkan beribu-ribu yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun satu hal yang menjadi persamaan mereka dengan tokoh-tokoh besar di atas adalah semangat juang yang dimiliki. Mereka memiliki kesadaran yang sama untuk kepentingan bangsanya. Bayangan Indonesia merdeka menjadi mimpi mereka setiap saat. Kerinduan untuk mewujudnyatakannya menjadi pemikiran mereka setiap waktu. Rasa benci terhadap penjajahan, rasa kasihan terhadap rakyat yang ditindas, rasa sayang terhadap bangsanya menjadi api yang membakar semangat mereka. Dengan semangat itu mereka bangkit menentang dan mengusir para parasit yang menggerogoti kekayaan bangsa.
Semangat itu menghangatkan tubuh mereka saat malam-malam dan pagi-pagi melawan penjajah. Semangat itu menjadi sumber kekuatan saat rasa lapar menghampiri mereka di medan perang. Semangat itu menjadi penghibur saat rasa rindu terhadap keluarga tak dapat disampaikan karena sedang berperang. Semangat itu menggerakkan mereka untuk menerobos ketakutan, untuk menghilangkan perbudakan di negerinya sendiri.
Perjuangan butuh pengorbanan. Taruhan nyawa bukan masalah bagi mereka. “Asal bangsaku merdeka”, itu yang ada dipikiran mereka ketika berperang. Salah satu hal yang paling berharga bagi manusia rela mereka korbankan. Nyawa. Mereka memliki prinsip dari pada hidup dalam cengkraman penjajah lebih baik mati melawan penjajah.
Sungguh semangat yang tak dapat dilupakan! Sungguh suatu pengorbanan yang tak ternilai! Sungguh suatu perjuangan yang tak sia-sia! Perjuangan itu pun membuahkan hasil. Kemerdekaan sudah tampak di depan mata. Tujuh belas Agustus 1945 adalah buah perjuangan mereka. Beratus-ratus tahun berjuang dari generasi ke generasi akhirnya tercapai juga. Bagi mereka yang berjuang pada detik-detik kemerdekaan, adalah sebuah kehormatan saat mereka bisa mendengarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan. Terharu, gembira, bebas, merdeka mewarnai hati dan perasaan mereka. Saat Bendera Merah Putih dikibarkan dan lagu Indonesia Raya dilantunkan,” Indonesia Raya merdeka merdeka” terus bergema di dalam jiwa mereka. Kematian di medan perang menjadi akhir dari tubuh fisik namun bukan akhir dari semangat mereka. Semangat itu kekal sampai saat ini. Semangat itu tampak pada kebebasan Indonesia yang kita miliki sekarang ini.

Merebut kemerdekaan bangsa adalah bagian mereka, namun mengisi dan memelihara bangsa menjadi bagian kita. Di bawah tekanan penjajah tidak melumpuhkan keberanian mereka, seyogyanya di dalam kebebasan menghidupkan semangat juang kita. Kalau dulu mereka menagis melihat bangsanya dijajah, menangiskah kita melihat permasalahan bangsa ini? Di dalam tangis mereka berjuang, apakah di dalam tangis kita mau memberi diri?
Kalau mereka diminta mengemukakan harapan di akhir hidupnya, mungkin isinya berupa seruan untuk melanjutkan perjuangan mereka. Seruan supaya kita, para pahlawan muda, meneruskan pembangunan bangsa. Merebut kemerdekaan menjadikan mereka pahlawan (meski tak dikenal), memberikan diri membangun bangsa akan menjadikan kita pahlawan pembangunan (yang mungkin juga tak dikenal).
Para pahlawan tak dikenal itu melakukan bagiannya dengan baik. Mereka memberikan dirinya dengan apa yang ada padanya. Mereka tidak meninggalkan nama yang dikenal orang banyak , namun mengajarkan semangat yang kekal. Semangat itu diharapkan mengalir dalam diri generasi penerusnya. Semangat itu telah memampukan mereka menerobos dan melawan penjajah. Bayangkan, jika semangat seperti itu mengisi jiwa saya, jiwa anda, jiwa kita semua. ” Penjajah-penjajah moderen” yang menggerogoti bangsa inipun akan mampu diusir. kita akan dihantar ke gerbang kehidupan berbangsa yang lebih baik, lebih sejahtera dan lebih berbahagia.

1 komentar:

  1. read this my pren http://vesterstory.blogspot.com/2009/11/lupakan-tentang-indonesia.html

    BalasHapus